JAKARTA – Rupiah harus berbalik ke zona merah pada perdagangan Rabu (23/8) pagi meskipun penjualan rumah di AS dilaporkan mengalami penurunan. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 09.14 WIB, mata uang Garuda melemah 3,5 poin atau 0,02% ke level Rp15.320 per dolar AS. Sebelumnya, spot berakhir menguat 8,5 poin atau 0,06% di posisi Rp15.316,5 per dolar AS pada transaksi Selasa (22/8) sore.
Penjualan rumah yang ada di AS terus menurun pada bulan Juli 2023 karena kombinasi tingginya suku bunga hipotek dan memburuknya kekurangan pasokan yang menekan calon konsumen. National Association of Realtors (NAR) melaporkan, penjualan rumah yang dimiliki sebelumnya turun 2,2% dari bulan Juni 2023 ke tingkat tahunan sebesar 4,15 juta unit. Secara tahunan, penjualan rumah eksisting turun 16,6% jika dibandingkan Juli 2022.
“Rupiah dan mata uang regional (kemarin) pada umumnya menguat walau transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit, yang pertama kali terjadi dalam dua tahun,” ujar pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, dikutip dari Kontan. “Pendorong penguatan ini di tengah antisipasi investor akan langkah intervensi yang diserukan bank sentral Thailand dan Filipina.”
Data transaksi berjalan Indonesia memang dilaporkan mengalami defisit untuk pertama kalinya sejak 2021. Transaksi berjalan Indonesia tercatat defisit sebesar 1,93 miliar dolar AS atau setara dengan defisit sebesar 0,55% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, demikian laporan terbaru yang dirilis Bank Indonesia. Meski demikian, bank sentral menjamin rupiah akan tetap aman.
Sementara itu, Gubernur Bank of Thailand, Sethaput Suthiwartnarueput, memang mengatakan bahwa mereka akan mengintervensi untuk melonggarkan volatilitas ketika pergerakan baht terlalu fluktuatif dan tidak didasari oleh fundamental. Dari Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas mengatakan bahwa pertumbuhan PDB tahun ini akan meleset dari target pemerintah, yang langsung menyebabkan nilai tukar peso melemah.
“Untuk hari ini, investor cenderung mengambil sikap wait and see menantikan statement Gubernur Bank Indonesia dalam rapat kebijakan pada tengah pekan ini,” sambung Lukman. “Dari eksternal, dolar AS diperkirakan juga akan range bound, dengan investor cenderung wait and see menantikan pernyataan Jerome Powell (Ketua The Fed) pada pertemuan Jackson Hole akhir pekan ini.”
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, Bank Indonesia menyatakan belum akan merespons kenaikan suku bunga The Fed dengan kenaikan suku bunga. Namun, bank sentral merespons dengan melakukan kebijakan twist. Hal ini juga terlihat dari kenaikan yield obligasi SUN pada sesi 1. “Karena itu, rupiah diperkirakan berpotensi menguat,” kata Josua.