Pendapatan Perusahaan AS Turun, Rupiah Ditutup Berbalik Menguat

Rupiah - (Sumber : bisnis.com)
Rupiah - (Sumber : bisnis.com)

Rupiah mampu nangkring di area hijau pada perdagangan Kamis (26/1) sore ketika pendapatan perusahaan yang suram dan serangkaian PHK memperdalam kekhawatiran pertumbuhan di AS. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, uang Garuda ditutup menguat 17,5 poin atau 0,12% ke level Rp14.947,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau mampu mengalahkan greenback. Ringgit Malaysia menjadi yang paling perkasa setelah menguat 0,33%, diikuti Jepang yang terapresiasi 0,29%, peso Filipina yang naik 0,3%, rupee yang bertambah 0,16%, dan dolar Singapura yang terkatrol 0,05%. Sebaliknya, yuan China harus melemah 0,25%, sedangkan won Korea Selatan stagnan.

“Rupiah masih akan cenderung bergerak datar pada hari ini karena investor tetap wait and see menantikan data PDB (Produk Domestik Bruto) AS yang dirilis hari ini,” tutur analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Rupiah sebelumnya sempat terkoreksi cukup tajam karena ada aksi profit taking mengantisipasi banyak data ekonomi penting dan pertemuan bank sentral utama dunia dalam sepekan ke depan.”

Dari pasar , dolar AS merosot mendekati terendah delapan bulan terhadap mata uang lainnya pada hari Kamis, karena musim pendapatan perusahaan AS yang suram memicu kekhawatiran resesi ketika para pedagang tetap waspada menjelang serangkaian pertemuan bank sentral minggu depan. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,016 poin atau 0,02% ke level 101,625 pada pukul 11.04 WIB.

Pendapatan yang suram dan panduan dari perusahaan dan serangkaian PHK sektor teknologi telah memperdalam kekhawatiran akan penurunan ekonomi di AS, membuat investor mengurangi ekspektasi tentang berapa lama lagi Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga secara agresif. Komite penetapan The Fed akan memulai pertemuan pada minggu depan, dan pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin, turun dari kenaikan 50 basis poin yang terlihat tahun lalu.

“Sekarang ada tanda-tanda ekonomi AS mungkin melambat dengan yang lebih berarti,” kata ekonom di Wells Fargo, dilansir dari Reuters. “Dengan The Fed tidak lagi memimpin kenaikan suku bunga dan tren ekonomi AS yang akan memburuk, kami sekarang yakin dolar AS telah memasuki periode depresiasi terhadap sebagian besar mata uang asing.”

Pos terkait