JAKARTA – Rupiah harus menerima nasib tertahan di zona merah pada perdagangan Jumat (26/5) sore setelah peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan depan terus meningkat. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 2 poin saja atau 0,01% ke level Rp14.955 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau tidak berdaya menghadapi greenback. Peso Filipina menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,53%, diikuti yuan China yang terkoreksi 0,28%, won Korea Selatan yang melemah 0,12%, baht Thailand yang berkurang 0,11%, dan dolar Singapura yang terdepresiasi tipis 0,04%.
“Rupiah bakal melemah, dipicu penguatan dolar AS yang ditopang rilis data PDB AS kuartal pertama 2023 yang direvisi naik ke 1,3% dari sebelumnya 1,11%,” tutur analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Data ekonomi yang membaik ini bisa menjadi alasan bagi Federal Reserve untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, bahkan bisa menaikkannya lagi.”
Pada hari Kamis (25/5) waktu setempat, Bureau of Economic Analysis (BEA) AS mengumumkan bahwa produk domestik bruto atau PDB negara tersebut tumbuh pada tingkat tahunan 1,3% untuk kuartal pertama tahun ini atau lebih tinggi dari estimasi pendahuluan. Kenaikan dalam PDB riil mencerminkan peningkatan belanja konsumen, ekspor, belanja pemerintah federal, serta belanja pemerintah negara bagian dan lokal.
Sementara itu, dolar AS masih berdiri di dekat level tertinggi dua bulan terhadap mata uang utama pada hari Jumat, berusaha menuju kenaikan mingguan ketiga, di tengah ekspektasi bahwa suku bunga The Fed dapat tetap lebih tinggi lebih lama dari perkiraan semula. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,146 poin atau 0,14% ke level 104,105 pada pukul 10.30 WIB.
Pasar sekarang memperkirakan peluang sekitar 52% bahwa Federal Reserve akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi pada pertemuan bulan depan, dibandingkan dengan peluang 36% seminggu yang lalu. Ekspektasi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga tahun ini juga telah berkurang. “Pergerakan mata uang baru-baru ini terutama didorong oleh repricing tajam kebijakan FOMC,” kata ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.