PDB AS Tumbuh Melebihi Ekspektasi, Rupiah Tetap Berakhir Menguat

Rupiah - pekanbaru.tribunnews.com
Rupiah - pekanbaru.tribunnews.com

JAKARTA – Rupiah tetap mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Jumat (28/1) sore meskipun produk domestik bruto (PDB) AS kuartal IV 2021 kemarin dilaporkan tumbuh lebih baik dari perkiraan pasar. Menurut Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 14,5 poin atau 0,10% ke level Rp14.374,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, sejumlah mata uang di kawasan Benua Asia juga berhasil mengalahkan greenback. Filipina terpantau naik 0,11%, China menguat 0,04%, sedangkan baht Thailand bertambah 0,03%. Sebaliknya, rupee India harus melorot 0,40%, diikuti won yang melemah 0,17%, ringgit Malaysia yang turun 0,12%, dan yen Jepang yang terkoreksi 0,05%.

rupiah masih berpotensi melemah, disebabkan ekspektasi kebijakan pengetatan moneter Federal Reserve,” ujar analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Selain itu, pertumbuhan PDB AS kuartal IV yang menunjukkan hasil lebih bagus dari ekspektasi, yakni 6,9% berbanding 5,5%, juga membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.”

Dari pasar global, dolar AS terus berada di dekat posisi minggu terbaik dalam tujuh bulan pada hari Jumat setelah menembus level-level kunci terhadap euro, ketika para pedagang memperkirakan kenaikan suku bunga AS yang agresif dalam setahun. Mata uang Paman Sam terpantau menguat tipis 0,043 poin atau 0,04% ke level 97,298 pada pukul 14.54 WIB.

Seperti dilansir dari The Economic Times, Ketua The Fed, Jerome Powell, melepaskan taruhan pada lima atau lebih kenaikan suku bunga tahun 2022 ini setelah ia membiarkan pintu terbuka untuk menaikkan suku lebih cepat daripada siklus sebelumnya. Data yang menunjukkan pertumbuhan tahunan AS terbaik dalam hampir empat dekade juga tidak merugikan.

Menurut laporan terbaru Departemen Perdagangan AS pada Kamis (27/1) waktu setempat, PDB AS pada periode Oktober hingga Desember 2021 kemarin tumbuh sebesar 6,9%. Angka ini lebih tinggi dari survei yang memperkirakan pertumbuhan 5,5%. Jika diakumulasikan, secara tahunan, PDB AS tumbuh sebesar 5,7% atau laju terkuat sejak 1984 silam.

Pertumbuhan PDB berasal dari peningkatan persediaan swasta, aktivitas konsumen yang kuat sebagaimana tercermin dalam pengeluaran konsumsi pribadi, ekspor, dan pengeluaran bisnis yang diukur dengan investasi tetap non-perumahan. Sebaliknya, melambatnya laju pengeluaran pemerintah dan impor menjadi faktor yang menekan pertumbuhan PDB.

“Dolar AS berada pada siklus tertinggi dan akan terus berlanjut karena perbedaan suku bunga dan peningkatan tingkat volatilitas pasar memberikan dukungan,” papar ahli strategi Societe Generale, Kit Juckes. “Ketika ekonomi global keluar dari pandemi Covid-19, fokus pasar akan beralih ke normalisasi kebijakan moneter dan pertumbuhan di luar AS.”

Pos terkait