JAKARTA – Rupiah harus menyudahi perdagangan Jumat (23/12) sore di area merah setelah angka produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal III 2022 direvisi naik menjadi 3,2% sedangkan klaim tunjangan pengangguran turun. Menurut laporan bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 10 poin atau 0,06% ke level Rp15.592,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau tidak berdaya melawan greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,4%, diikuti peso Filipina dan yen Jepang yang sama-sama melemah 0,23%, dolar Taiwan yang terdepresiasi 0,14%, yuan China yang turun 0,1%, dolar Hong Kong yang berkurang 0,08%, dan ringgit Malaysia yang minus 0,01%.
“Rupiah diperkirakan akan bergerak melemah oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS,” tutur senior analyst DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Data pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III 2022 yang direvisi menjadi lebih tinggi memicu kembalinya kekhawatiran akan kebijakan suku bunga agresif oleh the fed.”
Seperti dilansir dari Fox Business, PDB AS, ukuran terluas dari barang dan jasa yang diproduksi di seluruh perekonomian, tumbuh sebesar 3,2% secara tahunan dalam periode tiga bulan dari Juli hingga September 2022, demikian data Departemen Perdagangan pada Kamis (23/12) waktu setempat. Angka itu mengalami revisi dari peningkatan 2,9% yang dilaporkan sebelumnya.
Perubahan tersebut berasal dari revisi naik yang signifikan pada konsumsi pribadi, yang naik 2,3% dalam laporan akhir dibandingkan dengan pembacaan sebelumnya sebesar 1,7%. Pengeluaran jasa juga lebih kuat pada kuartal ketiga dari yang dilaporkan sebelumnya. Angka-angka tersebut menggarisbawahi bahwa belanja konsumen tetap solid, meskipun inflasi panas dan suku bunga yang lebih tinggi.
Data lainnya menunjukkan bahwa jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran pada minggu lalu lebih rendah yang diperkirakan, menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih ketat. Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian naik 2.000 menjadi 216.000 untuk pekan yang berakhir 17 Desember 2022 atau lebih rendah dari perkirakan ekonom yang disurvei oleh Reuters dengan 222.000 klaim.
Klaim telah berayun naik turun dalam beberapa pekan terakhir, tetapi tetap di bawah ambang batas 270.000, yang menurut para ekonom akan menaikkan ‘bendera merah’ untuk pasar tenaga kerja. Ketahanan pasar tenaga kerja membuat The Fed tetap pada kampanye pengetatan kebijakan agresif, memproyeksikan setidaknya tambahan 75 basis poin kenaikan biaya pinjaman pada akhir tahun 2023.