Presiden AS terpilih, Donald Trump harus segera memutuskan apa yang akan terjadi dengan perusahan Trump-nya saat ia pindah ke Gedung Putih. Pasalnya, Trump merupakan seorang pengusaha dan bukan politisi, sehingga kemungkinan akan menyebabkan munculnya berbagai konflik kepentingan.
Tak ada keraguan bahwa Donald Trump mempunyai banyak kepentingan terkait kegiatan perusahaannya sendiri dan berbenturan dengan jabatannya saat ini sebagai politisi terkuat di dunia usai menggantikan Barack Obama.
Pengacara asal Washington, Kenneth Gross setuju bahwa sebelumnya tak pernah ada kemungkinan semacam konflik kepentingan. Sebenarnya tak ada hukum yang melarang Trump menjadi pengusaha, pemilik real estate, bos agensi modeling, pemilik hotel, dan Presiden Amerika Serikat di waktu bersamaan. Ia juga tak harus menjual apapun yang dimilikinya.
Pada prinsipnya, undang-undang AS mengakui adanya potensi konflik antara kepentingan ekonomi dan politik individu. Anggota kongres tak diizinkan untuk terlibat dalam konflik semacam itu, namun presiden dibebaskan dari peraturan ini karena berdasar pada keyakinan awal bahwa hal ini mungkin akan mempersulit pekerjaannya.
Saat ditanyai tentang kemungkinan konflik kepentingan, Trump mengatakan bahwa ia tak akan mengurus bisnisnya lagi dan jika terpilih menjadi presiden maka pekerjaan utamanya adalah mengurus negara, bukan perusahaan.
Bagaimanapun, hal itu sulit untuk dipercaya, mengingat sejauh mana ia mungkin memperoleh keuntungan pribadi selama masa jabatannya. Pada konferensi New York tahun 2008 lalu, Trump mengatakan tentang hubungan bisnis dekatnya dengan Rusia dan berharap kerjasamanya dengan Rusia bisa sangat menguntungkan.
Pekan ini Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan jika Moskow telah menghubungi Trump. Dan Kremlin mengaku gembira atas hasil pilpres AS. Hal ini cukup beralasan bahwa perusahaan Trump akan memperoleh keuntungan dari subsidi dan keringanan pajak. Trump sendiri kerap diperbincangkan atas upayanya untuk memanfaatkan celah pajak.
Sementara itu, Trump kemungkinan akan menyerahkan bisnisnya di bawah kendali ketiga anaknya yang saat ini telah menjabat sebagai wakil presiden eksekutif organisasi Trump. Namun ruang lingkup kegiatan bisnis Trump jauh lebih besar daripada presiden lain dalam sejarah AS. Bagaimanapun, Trump menegaskan bahwa ia tak akan mengambil keputusan politik hanya untuk mendukung bisnis pribadinya.