JAKARTA – Rupiah harus puas berada di area merah pada perdagangan Selasa (10.1) sore ketika pasar masih menimbang-nimbang langkah apa yang akan dilakukan federal reserve selanjutnya terkait suku bunga acuan. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 14.53 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 8 poin atau 0,05% ke level Rp15.575,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia justru mampu mengalahkan greenback. Peso Filipina menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,48%, diikuti won Korea Selatan yang bertambah 0,39%, yen Jepang yang naik 0,34%, baht Thailand yang menguat 0,26%, yuan China yang terkerek 0,24%, dan dolar Singapura yang menguat 0,08%.
“Rupiah akan bergerak melemah pada perdagangan hari ini setelah sebelumnya menguat cukup tajam,” tutur analis DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Pasalnya, tekanan terhadap dolar AS cenderung mereda sehingga mata uang tersebut mampu rebound dan juga meredanya sentimen risk-on di pasar keuangan.”
Sementara itu, menurut analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Revandra Aritama, pasar masih menimbang apakah The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan dan berapa lama suku bunga yang tinggi ini akan dipertahankan. Pertimbangan bank sentral AS mencakup pertumbuhan ekonomi yang kini sudah mulai melambat. “Namun, mengingat dolar AS sudah menjauhi nilai tertingginya, rupiah tetap punya peluang menguat,” kata dia, dilansir dari Antara.
Dari pasar global, dolar AS berusaha bangkit dari level terendah tujuh bulan terhadap mata uang utama lainnya pada hari Selasa, ketika investor cenderung berhati-hati bahwa Federal Reserve mungkin mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga dan karena pembukaan kembali China mendorong permintaan untuk aset berisiko. Mata uang Paman Sam menguat 0,244 poin atau 0,24% ke level 103,245 pada pukul 11.13 WIB.
Pasar semakin ragu bahwa The Fed harus mengambil suku bunga di atas 5% untuk mendinginkan inflasi, karena efek dari kenaikan suku bunga yang agresif pada tahun lalu telah terasa dalam perekonomian. Laporan pekerjaan minggu lalu menunjukkan bahwa sementara ekonomi AS telah menambahkan banyak pekerjaan, tetapi mencatat perlambatan dalam pertumbuhan upah. Investor sekarang memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di bawah 5% pada bulan Juni.