Sub-Varian Omicron BA.2, Lebih Menular tapi Diklaim Tidak Lebih Ganas

Corona Virus Test - ec.europa.eu
Corona Virus Test - ec.europa.eu

JAKARTA – Varian baru dari Omicron telah menimbulkan perdebatan baru karena penyebarannya yang cepat di beberapa negara. Data saat ini memang masih minim. Dikenal sebagai Omicron BA.2, ada indikasi bahwa varian ini tidak lebih ganas, yang membuat para ilmuwan untuk berhati-hati agar tidak membunyikan alarm. Namun, beberapa berpendapat bahwa sub-varian ini bisa lebih menular daripada Omicron asli dan akan memengaruhi jalannya pandemi.

Bacaan Lainnya

Seperti dilansir dari TRT World, BA.2 bukanlah varian baru. Ini adalah sub-varian, seperti BA.1, yang bertanggung jawab atas gelombang di seluruh dunia pada akhir tahun 2021 hingga awal 2022 ini. Sementara BA.1 dan BA.2 memiliki beberapa mutasi yang sama, menurut para ahli, mereka berbeda sekitar 20 mutasi. BA.2 memiliki beberapa sifat genetik yang membuatnya tidak dapat dibedakan dari varian lain dalam tes PCR tertentu. Di sinilah perbedaannya dengan BA.1. Karena itu, BA.2 disebut sebagai ‘varian siluman’ yang lebih sulit dideteksi.

Meski demikian, itu tidak berarti BA.2 dapat lolos dari tes laboratorium. Tes PCR masih mendeteksi virus corona dalam kasus infeksi BA.2, meskipun proses pengurutan genom diperlukan untuk mengidentifikasi sub-varian. Menurut laporan, BA.2 telah ditemukan di lebih dari 40 negara, termasuk AS, Inggris, Denmark, dan India. Sementara pihak berwenang di Inggris telah menetapkan BA.2 sebagai varian yang sedang diselidiki, Organisasi Dunia (WHO) telah menyerukan penyelidikan atas karakteristiknya.

“Pertumbuhan yang konsisten di berbagai negara menunjukkan bahwa BA.2 bisa lebih menular daripada BA.1,” kata Tom Peacock, ahli virologi di Departemen Penyakit Menular di Imperial College London. “Kami saat ini tidak memiliki pegangan yang pada antigenisitas, tingkat keparahan, atau banyak bukti tentang seberapa jauh transmisibilitas BA.2 daripada BA.1. Namun, kami dapat membuat beberapa tebakan/pengamatan awal.”

Terlepas dari faktor transmisi, dua pertanyaan lain yang membebani pikiran para ahli adalah apakah seseorang yang baru-baru ini tertular varian Omicron asli dapat terinfeksi ulang oleh BA.2, dan bagaimana sub-varian akan bereaksi terhadap vaksin. Menurut Peacock, kemungkinan ada perbedaan minimal dalam efektivitas vaksin terhadap BA.1 dan BA.2. “Kemungkinan besar juga infeksi BA.1 akan memberikan reaktivitas silang yang layak terhadap infeksi BA.2,” sambung Peacock di Twitter.

Di Denmark, kasus BA.2 diyakini telah melampaui BA.1, terhitung sekitar 65% dari infeksi baru di negara tersebut. Hal ini telah mendorong beberapa ahli untuk berpendapat bahwa BA.2 dapat memiliki beberapa ‘keunggulan kompetitif’. Namun, para ahli dan pihak berwenang menegaskan kembali tidak ada indikasi bahwa BA.2 menyebabkan infeksi yang lebih parah. Bahkan, menurut laporan, penerimaan ICU di Denmark turun meskipun terjadi lonjakan kasus BA.2. “Tidak ada bukti bahwa varian BA.2 menyebabkan lebih banyak penyakit, tetapi pasti lebih menular,” terang Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke.

Otoritas penyakit menular teratas Denmark, Statens Serum Institut (SSI), dalam sebuah catatan mengatakan bahwa perhitungan awal menunjukkan BA.2 bisa menjadi 1,5 kali lebih menular daripada BA.1, demikian dikutip dari Reuters. Namun, analisis awal oleh lembaga tersebut tidak menunjukkan perbedaan dalam risiko rawat inap.

“Sejauh ini, tidak ada bukti bahwa BA.1 dan BA.2 berbeda dalam hal pelarian kekebalan, virulensi, atau profil yang lebih ‘disukai ‘. Pada tahap ini, BA.1 dan BA.2 dapat dianggap sebagai dua sub-garis keturunan Omikron yang secara epidemiologis sebagian besar setara,” papar Francois Balloux, Profesor Biologi Sistem Komputasi dan Direktur Institut Genetika UCL di London. “Berdasarkan semua bukti saat ini, perubahan frekuensi relatif dari sub-garis keturunan BA.1 dan BA.2 Omicron tidak menjamin pengenaan pembatasan pandemi atau pencabutan yang sudah ada.”

Pos terkait