CAPE TOWN – Kehidupan di Afrika Selatan, tempat pertama kali Covid-19 varian Omicron ditemukan, secara bertahap kembali ‘normal’. pemerintah setempat mencabut sebagian besar pembatasan, termasuk pemberlakuan jam malam, yang berimbas pada membanjirnya kedatangan turis. Skenario horor yang diprediksi beberapa analis tidak terjadi. Jumlah infeksi baru mungkin meningkat dengan cepat, tetapi rumah sakit tidak kewalahan.
“teman-teman memberi tahu saya bahwa hampir tidak akan ada pembatasan,” kata turis asal Jerman, Dominik Irschik, yang baru saja tiba di Cape Town, seperti dilansir dari Deutsche Welle. “Namun, saya sebelumnya tidak memperkirakan ini. Jalan-jalan, bar, dan klub penuh dengan orang, semuanya santai dan hidup seperti biasa lagi. Luar biasa.”
Di sisi lain Cape Town, kehidupan juga kembali normal di Khayelitsha. Dua tahun lalu, masalah keuangan dan pandemi memaksa Siphelo Jalivane, warga setempat, menutup kedai susu dan restorannya. Sekarang, tempat itu penuh sesak untuk pembukaan kembali. “Covid-19 telah mengajari kami banyak hal. Anda harus meletakkan telur di keranjang yang berbeda,” tutur Jalivane.
Setelah hampir dua tahun, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, mencabut sebagian besar pembatasan lockdown, termasuk jam malam. Peraturan pemerintah yang baru menetapkan siapa pun tanpa gejala dapat secara efektif menjalani kehidupan seperti biasa tanpa persyaratan pengujian atau isolasi. Sekolah juga kembali normal tanpa persyaratan jarak sosial. Imbasnya, turis asing mulai membanjiri negara itu.
Para ilmuwan juga optimistis meskipun tingkat vaksinasi rendah, hanya 28% dari warga Afrika Selatan yang divaksinasi penuh. Ahli epidemiologi, Wolfgang Preiser, mengatakan bahkan sebelum gelombang Omicron, banyak orang Afrika Selatan sudah terinfeksi virus corona, sekitar 70% dari populasi. Data rumah sakit menunjukkan bahwa infeksi atau vaksinasi virus corona sebelumnya melindungi terhadap penyakit parah, termasuk varian Omicron.
“Jika Anda sampai pada situasi ketika hampir semua orang pernah (terinfeksi) atau telah divaksinasi, Anda dapat bersantai,” papar Preiser, yang mengepalai departemen Virologi Medis di Universitas Stellenbosch. “Namun, seluruh dunia belum bisa melakukan hal yang sama karena tingkat infeksi yang tinggi di Afrika Selatan juga berarti banyak orang yang rentan meninggal karena Covid-19.”
Ia menambahkan, jika dibandingkan dengan eropa, orang juga harus memperhatikan perbedaan cuaca, istirahat sekolah, dan tingkat infeksi sebelumnya. Meski demikian, Preiser berharap pandemi bisa berubah menjadi endemik seperti virus corona lainnya jika sebagian besar penduduk memiliki kekebalan dasar dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.
“Saya masih memiliki harapan bahwa kita bisa menghindari suntikan booster biasa,” sambung Preiser. “Jika setiap orang memiliki kekebalan elemental, mungkin dengan penguat Omicron tertentu, dan varian lain tidak mengejutkan, kita dapat menjaga kekebalan kita dengan cara yang alami.”