JAKARTA – Rupiah ternyata mampu bangkit dari area merah pada perdagangan Senin (5/6) pagi meskipun data nonfarm payrolls AS bulan Mei 2023 melonjak melebihi perkiraan. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 09.51 WIB, mata uang Garuda menguat tajam 102,5 poin atau 0,68% ke level Rp14.891,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot berakhir melemah 9 poin atau 0,06% di posisi Rp14.994 per dolar AS pada transaksi Rabu (31/5) sore.
Perekonomian AS terus menghasilkan pekerjaan pada bulan Mei, dengan nonfarm payrolls negara tersebut melonjak lebih dari yang diharapkan meskipun ada beberapa kendala, demikian lapor Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/6). daftar gaji di sektor publik dan swasta meningkat sebesar 339.000 untuk bulan tersebut, lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000, sekaligus menandai pertumbuhan pekerjaan positif selama 29 bulan berturut-turut.
“Pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan ketabahan di tengah kekacauan, dari inflasi hingga PHK dan kenaikan harga gas,” kata Presiden & Chief Commercial Officer Manpower Group, Becky Frankiewicz, dilansir dari CNBC. “Dengan 339.000 lowongan pekerjaan, kami masih menulis ulang buku peraturan dan pasar tenaga kerja AS terus menentang definisi sejarah.”
lonjakan perekrutan pada Mei 2023 hampir persis sejalan dengan rata-rata 12 bulan sebesar 341.000 di pasar kerja yang telah bertahan dengan sangat baik dalam ekonomi yang sedang melambat. Layanan profesional dan bisnis memimpin penciptaan lapangan kerja dengan 64.000 karyawan baru. Pekerjaan di pemerintahan membantu meningkatkan angka dengan penambahan 56.000 pekerjaan, sedangkan perawatan kesehatan menyumbang 52.000.
“Pergerakan rupiah di sepanjang pekan kemarin cenderung mendatar (sideways) di tengah tekanan dari ketidakpastian global atas sentimen hawkish The Fed maupun perlambatan ekonomi China,” tutur kepala Ekonom bank Permata, Josua Pardede, dikutip dari Kontan. “Para investor memang cenderung wait and see menjelang libur panjang di Indonesia.”
Sementara itu, Presiden HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, berpendapat bahwa rupiah bisa lanjut terdepresiasi jika data ekonomi AS mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Pasar juga akan menunggu laporan inflasi Indonesia pada awal pekan ini mengenai adanya perubahan angka pada bulan Mei 2023. “Rupiah akan bergerak pada rentang Rp15.000 sampai Rp15.050 per dolar AS,” ujar Sutopo.