YERUSALEM – Pejabat Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki pada tahun 2022 daripada yang telah dilakukan dalam satu tahun selama 16 tahun terakhir. Ia menambahkan bahwa aktor internasional menggunakan pengaruhnya untuk melindungi Israel dari akuntabilitas, tanpa menyebut nama mereka.
“Banyak aktor internasional menggunakan pengaruh politik mereka untuk melindungi Israel dari akuntabilitas dan untuk menggertak orang-orang Palestina dari mencari keadilan,” tandas Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Al Maliki, pada hari Senin (27/2) dalam pidatonya dengan sesi reguler ke-52 Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa. “Kami menyerukan perlindungan internasional untuk orang -orang Palestina yang tidak tertutup dari kekerasan, terorisme, dan hasutan yang disponsori Israel yang tak henti-hentinya.”
Lusinan pemukim Israel menyerang kota Tepi Barat yang diduduki di Huwara dekat Nablus pada hari Minggu (26/2) kemarin dan merusak beberapa rumah dan kendaraan Palestina. Seorang warga Palestina dilaporkan terbunuh dalam serangan itu. Kekerasan tersebut mengikuti kematian dua pemukim Israel dalam serangan penembakan di kota.
Seperti diwartakan VOA Indonesia, penembakan mematikan, diikuti amukan pada larut malam, spontan menimbulkan keraguan akan pernyataan Yordania bahwa pejabat Israel dan Palestina telah berjanji akan menenangkan gelombang kekerasan yang terjadi selama setahun terakhir. Media Palestina melaporkan sekitar 30 rumah dan mobil dibakar. Foto-foto dan video di media sosial menunjukkan kebakaran besar di seluruh Kota Huwara.
Kekerasan meningkat melintasi wilayah yang diduduki dalam beberapa minggu terakhir, di tengah-tengah penggerebekan militer Israel yang berulang ke kota-kota Palestina. Menurut tokoh Palestina, setidaknya 62 warga Palestina telah dibunuh oleh senjata Israel sejak awal tahun 2023 ini. Dua belas warga Israel juga terbunuh dalam serangan oleh Palestina pada periode yang sama.
Riyad sebelumnya menuntut agar Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat setelah pasukan Israel menyerbu Nablus di Tepi Barat yang diduduki, saat sebelas warga Palestina tewas dan lebih dari 100 orang terluka. “Kami menuntut agar Israel dikecam atas pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina, yang terbaru di Nablus dan untuk memberikan perlindungan internasional bagi warga Palestina,” ujar dia.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa situasi di wilayah Palestina yang diduduki paling mudah terbakar selama bertahun-tahun, dengan ketegangan melayang tinggi karena proses perdamaian tetap terhenti. Ia menuturkan, prioritas utama untuk sekarang adalah mencegah eskalasi lebih lanjut, mengurangi ketegangan, dan memulihkan ketenangan.