Jakarta – Masterpiece Auction House yang berada di Jakarta dan Singapura menawarkan karya-karya seni dari seniman besar modern asia tenggara, termasuk Affandi, Lee Man Fong, dan S.Sudjono. Bulan ini, karya-karya tersebut dilelang secara online, berbeda dengan tahun sebelumnya yang dilelang langsung di lokasi.
Kevin, Direktur Masterpiece Auction House memastikan lukisan yang dilelang adalah karya asli karena sudah melewati pemeriksaan yang ketat oleh kurator profesional.
“Tentu kami mendapatkan karya-karya tersebut dari para kolektor yang bersedia untuk mengikuti lelang dan sudah melewati tahap seleksi yang ketat dari kurator profesional,” kata Kevin dalam Liputan 6.
Lelang online seni modern dan kontemporer asia Tenggara yang diselenggarakan Masterpiece Auction House juga menampilkan karya seniman kontemporer milik Sunaryo, Teguh Ostenrik, Agus Suwage, dan banyak lagi. Acara ini rencananya akan ditutup pada 5 Juli.
Dikutip dari OCULA, di antara 69 lotnya adalah potret diri tahun 1981 oleh Affandi dengan perkiraan USD202.030 – USD230.980 (Rp3.021.096.011 – Rp3.454.005.626). Affandi, yang sebagian besar otodidak, berusaha menangkap realitas Indonesia yang berubah dengan cepat melalui lukisannya tentang sosok manusia, benda mati, pertemuan, dan lanskap.
Affandi melukis potret diri sepanjang kariernya. Hampir semua karyanya menunjukkan perubahan dramatis dari realisme ke gaya ekspresionis yang ditandai dengan sapuan kuas dinamis dan pengurangan palet warna merah, kuning, putih, hijau, dan biru.
Selain lukisan Affandi, ada pula karya dari seniman kelahiran China, Lee Man Fong yang tinggal di antara Singapura, Belanda, dan Indonesia sebelum kematiannya di Jakarta pada tahun 1988. Lee sering melukis binatang, termasuk ikan mas yang cukup populer di kalangan kolektor lukisan. Lelang untuk karya Lee Man Fong dengan lukisan ikan mas ini diperkirakan antara USD86.600 – USD108.230 (Rp1.294.990.420 – Rp1.618.438.951).
Selain lukisan ikan mas, ada lukisan ‘Penjual Sate (1967),’ yang menunjukkan sintesis Lee dari elemen lukisan tinta tradisional China dan modernisme Barat dengan subjek lokal, memiliki perkiraan lelang sekitar USD57.720 – USD86.600 (Rp863.127.564 – Rp1.294.990.420). Pada tahun 2019, versi berbeda dari karya tersebut terjual seharga HKD1,03 juta di Christie’s 20th Century & Contemporary Art, melebihi perkiraan sebesar 71%.
Dua lukisan ikonik penari Indonesia Srihadi Sodarsono juga hadir. ‘Bedoyo Ketawang-Momen Renungan (2008)’ dengan perkiraan lelang mulai USD50.500 – USD65.000 (Rp755.161.850 – Rp971.990.500). Lukisan ini menggambarkan tarian tradisional yang terkait dengan Surakarta, sedangkan ‘Legong Condong-Energi Cinta (2015)’ milik Srihadi diperkirakan bernilai sekitar USD86.600 – USD108.230 (Rp1.294.990.420 – Rp1.618.438.951), menangkap tarian Bali yang terkenal dengan gerakan animasi dan ekspresi wajahnya.
Dijuluki bapak seni rupa modern Indonesia, S. Sudjojono prihatin dengan penggambaran realistis keseharian di Indonesia. Hal ini terlihat pada lukisannya tentang mesin jahit ‘Merajut Merah Putih (1957)’ dan potret ekspresif ‘Portret (1970)’.
Di antara sorotan lainnya adalah ‘Wanita (1977)’ karya Hendra Gunawan, yang dikenal sebagai ‘pelukis rakyat’ karena penggambarannya yang penuh warna tentang praktik budaya dan kehidupan pedesaan di Indonesia, dan lukisan jenuh pelukis kelahiran Belanda Arie Smit tentang prosesi ‘Hindu di Melasti (2002)’. Karya-karya generasi muda seniman kontemporer Indonesia yang juga ikut dilelang Masterpiece auction house, antara lain ‘Abstrak (1992),’ ‘Sapuan Wujud (2008)’ karya Teguh Ostenrik, dan ‘Asuwage (2006)’ karya Agus Suwage.