JAKARTA – Rupiah kembali harus terjungkal ke zona merah pada perdagangan Selasa (19/7) pagi. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 09.04 WIB, mata uang Garuda melemah 16,5 poin atau 0,11% ke level Rp14.997,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot sempat ditutup menguat 15,5 poin atau 0,10% di posisi Rp14.981 per dolar AS pada transaksi Senin (18/7) sore.
“Pasar menyambut baik rilis trade balance kita yang mengalami surplus cukup tinggi,” ujar ekonom senior Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menanggapi penguatan rupiah kemarin, dilansir dari Medcom.id. “Sepanjang enam bulan pertama 2022, trade balance kita surplusnya sangat tinggi. Hal ini memberi fondasi yang cukup kuat memasuki semester dua, di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar akibat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.”
Hampir senada, ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Puteri, mengatakan bahwa pelemahan rupiah tertahan karena membaiknya data surplus neraca perdagangan bulan Juni 2022 yang tercatat sebesar 5,09 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan ini jauh lebih tinggi daripada surplus bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,89 miliar dolar AS.
Sementara itu, Direktur PT laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa dari sisi eksternal, penguatan rupiah disebabkan sedikit surutnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserve lantaran data penjualan ritel inti AS yang kuat. Dari sisi internal, fundamental ekonomi indonesia turut menopang penguatan mata uang Garuda.
“Saat ini, Indonesia terus menjaga momentum pemulihan ekonomi setelah Covid-19 dengan berbagai instrumen kebijakan yang relatif aman,” tutur Ibrahim, dikutip dari Kompas.com. “Kuatnya fundamental perekonomian di Tanah Air tercermin dari hasil survei yang menunjukkan bahwa potensi resesi Indonesia hanya 3%.”
Lantas, bagaimana dengan pergerakan rupiah untuk transaksi hari ini? Reny melihat penguatan rupiah masih bersifat terbatas. Pasalnya, dari eksternal, pelaku pasar tetap merespons data inflasi AS yang berada di atas ekspektasi, sehingga menjadi katalis tambahan bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan pekan depan. “Kami memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin,” ujar Reny, dikutip dari Kontan.
Sedikit berbeda, ekonom senior Samuel Sekuritas, Fikri C. Permana, menilai rupiah tetap akan mampu melanjutkan penguatan. Meski demikian, kenaikan mata uang Garuda lebih disebabkan faktor teknikal. Pasalnya, belum ada data terbaru dari Indonesia maupun global, terutama AS, yang cukup signifikan memengaruhi pergerakan kurs.