Maret Terjadi Inflasi 0,18%, Rupiah Berakhir Menguat

Rupiah menguat
Rupiah menguat (Sumber : www.cnbcindonesia.com)

JAKARTA – Rupiah mampu keluar dari zona merah pada perdagangan Senin (3/4) sore setelah sepanjang bulan Maret 2023 kemarin dilaporkan mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.56 WIB, uang Garuda berakhir menguat 24,5 poin atau 0,16% ke level  Rp14.971 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa sepanjang Maret 2023, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,18% secara bulanan atau month-to-month. Sementara itu, jika dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year), inflasi menjadi 4,97%, sedangkan secara tahun kalender sebesar 0,68%.

“Jika dilihat secara series, inflasi Maret 2023 lebih tinggi dibandingkan Februari 2023 yang sebesar 0,16%,” papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini. “Inflasi terjadi di 65 kota, sedangkan deflasi terjadi di 25 kota. Dari 65 kota tersebut, 48 kota di antaranya memiliki angka inflasi di atas inflasi nasional dan 17 kota lainnya berada di level inflasi nasional.”

Tarif angkutan udara dan bensin, lanjut Pudji, memiliki andil masing-masing sebesar 0,03% terhadap inflasi Maret. Pada awal bulan lalu, memang terdapat penyesuaian harga bakar minyak (BBM), yakni jenis pertamax yang mengalami kenaikan Rp500 per liter serta harga pertamax turbo yang naik Rp250 per liter.

Selain tarif angkatan udara dan bensin, komoditas penyumbang inflasi terbesar lainnya secara bulanan pada Maret 2023 adalah beras, cabai rawit, dan rokok kretek filter dengan andil masing-masing 0,02%. Dengan demikian, kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta transportasi menjadi penyumbang inflasi terbesar, yakni masing-masing 0,18% dan 0,07%. Meski begitu, BPS juga mencatat ada deflasi pada kelompok pengeluaran seperti , air, , dan bahan bakar.

Dari pasar global, dolar AS bergerak lebih tinggi pada hari Senin, karena kekhawatiran atas inflasi muncul kembali setelah pengumuman mengejutkan oleh produsen minyak utama untuk memangkas produksi lebih lanjut, dengan para pedagang bertaruh mungkin perlu menaikkan bunga. Mata uang Paman Sam menguat 0,509 poin atau 0,5% ke level 103,015 pada pukul 12.19 WIB.

“Sementara meredanya risiko penularan yang lebih luas, perkembangan positif di China, dan ekspektasi bahwa The Fed mendekati akhir siklus pengetatan terus menjaga sentimen, kenaikan harga minyak baru-baru ini karena pemotongan produksi risiko baru terhadap inflasi,” papar strategi mata uang di di Singapura, Christopher Wong. “Risiko yang baru menyiratkan pertarungan melawan inflasi belum berakhir.”

Pos terkait