Para pelaku pasar finansial di seluruh dunia dapat bernapas lebih lega minggu ini, setelah The Federal Reserve, atau yang akrab disapa The Fed, membuat langkah tak terduga dengan menahan diri dari menaikkan suku bunga. Langkah ini seolah menjadi eliksir penenang bagi pasar yang gusar, memicu penurunan nilai dolar amerika terhadap berbagai mata uang, tak terkecuali rupiah Indonesia.
Seakan mendapat suntikan semangat, rupiah yang sebelumnya berjibaku di ambang kecemasan 16 ribu per dolar, kembali bertengger dengan lebih percaya diri di angka 15.700. Tak hanya itu, kepercayaan investor pun tampak menggelora, terbukti dari pergerakan pasar obligasi yang menyala-nyala. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun turun meriah, dari 7,39 persen menjadi 6,97 persen, mengindikasikan peningkatan harga dan minat yang tinggi terhadap aset berisiko ini.
Namun, para pemodal disarankan untuk tak terlalu larut dalam kebahagiaan yang sifatnya sementara ini. Pasalnya, dalam hitungan minggu, tepatnya 12-13 Desember, The Fed akan kembali menggelar pertemuan penting yang mungkin saja mengubah kurs perjalanan ekonomi dengan menaikkan suku bunga guna mempertahankan inflasi di jalur yang diinginkan.
Kekhawatiran atas inflasi yang masih bertengger di angka 3,7 persen per september 2023, yang cukup jauh dari target 2 persen, menjadi pekerjaan rumah yang belum selesai bagi The Fed. Ketua The Fed, Jay Powell, telah memberi sinyal tentang komitmen untuk mencapai kebijakan moneter restriktif yang dapat meredam inflasi, namun masih ada keraguan mengenai waktu yang tepat untuk tindakan tersebut.
Pertaruhan ini bagai dua mata pisau yang beradu tajam. Di satu sisi, peningkatan suku bunga bisa menjadi senjata ampuh untuk menjinakkan inflasi. Di sisi lain, ini juga berpotensi membebani masyarakat dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi dan perlambatan ekonomi. Lebih jauh, bila The Fed terlalu agresif, resesi bisa menjelma menjadi mimpi buruk yang nyata.
Bukan hanya Amerika yang akan merasakan dampaknya, namun juga pasar finansial global. Kenaikan bunga The Fed seringkali menjadi hantu bagi negara-negara berkembang, di mana aliran modal yang sebelumnya membanjiri negara-negara ini bisa berubah arah dengan cepat, meninggalkan goncangan dan krisis nilai mata uang yang tak terprediksi. Keputusan mendatang The Fed tidak hanya menentukan nasib ekonomi domestik Amerika, tapi juga memegang keseimbangan ekonomi global yang rapuh.