Aktivitas Manufaktur China Kembali Berkontraksi, Rupiah Ditutup Melemah

Rupiah - voi.id
Rupiah - voi.id

JAKARTA – Rupiah harus menerima nasib berkubang di area merah pada perdagangan Jumat (30/6) sore setelah aktivitas manufaktur di China dilaporkan mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 72,5 poin atau 0,48% ke level Rp15.065,5 per dolar .

Bacaan Lainnya

Mayoritas kurs di kawasan Benua juga tidak mampu menaklukkan greenback. Ringgit menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 0,16%, diikuti dolar Taiwan yang terdepresiasi 0,13%, peso Filipina yang turun 0,12%, baht Thailand yang 0,06%, yen Jepang yang terkoreksi 0,04%, dan won yang berkurang 0,02%. Sebaliknya, dolar Singapura masih mampu menguat 0,09%.

Yen Jepang melemah menuju posisi 145 terhadap greenback, level yang membuat spekulan waspada terhadap potensi intervensi dari otoritas Jepang. Mata uang Negeri Sakura mencapai titik terendah di 145,07 per dolar AS pada awal perdagangan Asia, terendah dalam lebih dari tujuh bulan, dan menuju kerugian kuartalan lebih dari 8%. Penurunan itu telah memicu spekulasi bahwa intervensi oleh otoritas Jepang akan segera terjadi, terutama karena level serupa sempat mendorong mereka untuk menopang yen pada bulan September lalu.

“Saya tidak berpikir ada garis besar di pasir, karena jika mata uang utama lainnya dari mitra dagang utama juga bergerak bersama-sama, tidak masuk akal bagi mereka untuk melakukan intervensi,” kata kepala regional penelitian pertukaran mata uang asing Maybank, Saktiandi Supaat, dilansir dari Reuters. “Namun, tentu saja orang akan melihat 145 sebagai level sejarah.”

Di sisi lain, data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi untuk bulan ketiga beruntun, memperdalam kondisi atas lemahnya pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di tersebut. manajer pembelian (PMI) manufaktur Negeri Panda pada bulan Juni 2023 tercatat masuk di 49,0, setelah sebelumnya cuma berada di level 49,2 pada April dan 48,8 pada Mei 2023. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi, begitu pula sebaliknya.

Pihak berwenang China pada minggu ini meningkatkan upaya untuk memperlambat depresiasi yuan. People’s Bank of China (PBOC) menetapkan tingkat suku bunga titik tengah yang lebih kuat dari perkiraan dan bank-bank negara menjual dolar AS, baik di dalam maupun luar negeri. “Upaya mereka adalah untuk memperlambat laju depresiasi mata uang, tetapi secara umum, saya pikir kebijakan pelonggaran PBOC dan lingkungan ekonomi di sana tidak mendukung (yuan),” sambung Supaat.

Pos terkait