Jakarta – Kurs rupiah pagi ini, Rabu (9/6), dibuka melemah sebesar 10 poin atau 0,07 persen ke angka Rp14.262,5 per dolar AS. Pada akhir perdagangan sebelumnya, Selasa (8/6), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terapresiasi 12,5 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.252,5 per USD.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the greenback terhadap enam mata uang utama terpantau sedikit naik. Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, indeks dolar AS dilaporkan naik 0,14 persen menjadi 90,0731, dengan volatilitas pasar berada pada level terendah dalam lebih dari setahun. Hal ini terjadi karena pasar tengah menunggu sinyal lebih jelas mengenai tingkat inflasi dan kebijakan bank sentral di seluruh dunia.
Dengan pembaruan inflasi yang diharapkan dari China, Eropa dan Amerika Serikat minggu ini dan pertemuan Bank Sentral Eropa yang akan datang pada Kamis (10/6/2021) diikuti oleh pertemuan federal Reserve AS minggu depan, investor mata uang tampaknya gagal membuat kemajuan, sementara S&P 500 sedikit turun.
“Semua mata uang utama mengalami reaksi yang tidak jelas saat ini saat mereka menunggu. Kami menunggu angka inflasi untuk melihat bagaimana ekonomi berjalan. Apakah mereka sangat panas dan, jika demikian, apakah itu berarti akan ada reaksi dari bank sentral secara global?” ucap JB Mackenzie, direktur pelaksana berjangka dan valas di TD Ameritrade, seperti dilansir dari Reuters melalui Antara.
Dari dalam negeri, cadangan devisa yang turun pada bulan Mei 2021 dinilai dapat menjadi sentimen negatif untuk gerak rupiah pada hari ini. Berdasar data Bank Indonesia (bi), cadangan devisa bulan Mei mencapai USD136,4 miliar, turun apabila dibandingkan posisi April yang sebesar USD138,8 miliar.
Kepala ekonomi BCA David Sumual berpendapat, faktor cadangan devisa dan IHSG yang bergerak negatif pada hari Selasa kemarin juga memengaruhi. Menurut David, ini karena bursa global yang cenderung negatif. “Tetapi kita lihat mungkin dari sisi komoditas ada berita yang cukup bagus dari kenaikan harga komoditas, termasuk minyak kecenderungan naik, jadi itu satu faktor,” tutur David, seperti dikutip Kontan.
Sejumlah data yang akan dirilis, seperti neraca perdagangan Amerika Serikat, PDB Eropa, dan PDB Jepang juga bakal menentukan arah pasar pada Rabu termasuk menentukan gerak rupiah.