Jakarta – Kurs rupiah mengawali perdagangan pagi hari ini, Rabu (7/12), dengan pelemahan sebesar 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp15.620,5 per dolar AS. Sebelumnya, Selasa (6/12), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terdepresiasi tajam 155 poin atau 1 persen ke level Rp15.617,5 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat. Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, indeks dolar AS naik tipis sebesar 0,1 persen. Sepanjang tahun 2022 ini, dolar AS dilaporkan telah naik sekitar 10 persen. Sementara itu, para investor sedang memosisikan untuk kenaikan suku bunga yang diperkirakan minggu depan dari Federal Reserve (The Fed).
Data terbaru pada Senin (5/12) menunjukkan, aktivitas industri jasa-jasa amerika serikat secara tidak terduga mengalami peningkatan pada November 2022, sehingga mendorong spekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya lebih besar dari yang diperkirakan belum lama ini. Para investor memprediksi kenaikan sebesar setengah poin dari The Fed pekan depan, serta mereka memperkirakan suku bunga terminal sedikit di atas 5,0 persen pada Mei 2022.
“Tidak banyak insentif baru. Ada banyak aksi harga kemarin, dan kami hanya mengonsolidasikannya, dengan fokus besar pada pertemuan Fed minggu depan,” ujar Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York, seperti dilansir dari Antara.
Jadwal pekan depan juga meliputi rilis data indeks harga konsumen utama untuk November 2022. Sentimen investor pun menurutnya terlihat bergeser. “Sebelumnya, menurut saya orang-orang bersedia untuk membeli saat penurunan dolar, dan sekarang mereka tampaknya lebih antusias menjual dolar saat naik,” sambung Chandler.
Sementara itu, kurs rupiah diprediksi berpotensi kembali melemah terhadap dolar AS pada Rabu (7/12). Sentimen yang mempengaruhi gerak rupiah berasal dari dalam dan luar negeri. Menurut Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri, volatilitas pasar kembali meningkat jelang Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13-14 Desember 2022. Terlebih karena The Fed diprediksi masih akan menaikkan suku bunga secara agresif.
Padahal pekan lalu, pelaku pasar sempat meyakini bahwa kebijakan The Fed ke depannya cenderung less hawkish. “kondisi ini membuat rupiah kembali melemah meskipun fundamental domestik cukup kuat,” kata Reny pada Kontan.