Jakarta – rupiah dibuka menguat sebesar 36 poin atau 0,25 persen ke level Rp14.896,5 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Jumat (5/8). Kemarin, Kamis (4/8), kurs mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 21 poin atau 0,14 persen ke angka Rp14.932,5 per USD.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS turun 0,76 persen menjadi 105,6940. Pelemahan dolar AS terjadi karena dukungan dari pernyataan hawkish Federal Reserve mereda dan fokus investor teralihkan ke laporan pekerjaan Amerika Serikat.
Dolar AS dilaporkan memperpanjang kerugian setelah data terbaru menunjukkan bahwa jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat pada pekan lalu. Pada Kamis, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, meningkat sebesar 6.000 menjadi 260.000 pada pekan yang berakhir 30 Juli 2022. Angka tersebut mendekati level tertinggi sejak November.
“Sekarang ada mentalitas di seluruh pasar bahwa kita tahu apa yang akan terjadi dalam hal pengetatan moneter. Investor mengambil pandangan bahwa penurunan apapun yang kita hadapi dalam beberapa bulan ke depan akan berumur pendek,” ujar direktur Perdagangan Monex USA, Juan Perez, di Washington, seperti dilansir dari Antara.
Dari dalam negeri, gerak rupiah di akhir pekan ini diprediksi tak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Menurut ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri, rupiah bakal lanjut melemah karena dipengaruhi oleh sikap pelaku pasar yang tengah merespons pernyataan hawkish dari para petinggi The Fed. Terlebih karena inflasi AS berpotensi masih berlanjut tinggi walaupun harus menghadapi risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Volatilitas pasar pun meningkat akibat konflik geopolitik antara China dan Taiwan. “Dari domestik, pelaku pasar menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 dan cadangan devisa. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh sebesar 5,15% yoy,” beber Reny seperti dikutip dari Kontan.