Jakarta – Kurs rupiah hari ini terpantau menguat tipis sebesar 1 poin atau 0,0067 persen ke posisi Rp14.989 per dolar AS menurut data dari Yahoo Finance. Sebelum libur panjang Idul Adha, Selasa (27/6) sore, nilai tukar mata uang Garuda berakhir terapresiasi 28,5 poin atau 0,19 persen ke angka Rp14.993 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS naik 0,42 persen jadi 103,3432, naik ke level tertinggi 2 pekan. Kenaikan dolar AS terjadi karena ditopang oleh laporan PDB dan data tenaga kerja AS yang kuat, sehingga memberi Federal Reserve (The Fed) kemungkinan pijakan untuk terus menaikkan suku bunga acuannya.
Berdasarkan data Biro Analisis Ekonomi AS pada Kamis (29/6) pagi, ekonomi Amerika Serikat tumbuh pada laju tahunan sebesar 2 persen pada kuartal pertama, jauh lebih baik dibanding prediksi sebelumnya sebesar 1,3 persen.
Sedangkan klaim pengangguran awal mingguan AS minggu lalu turun sebesar 26.000 klaim menjadi 239.000 klaim yang disesuaikan secara musiman, penurunan terbesar dalam 20 bulan dan di bawah ekspektasi 265.000 klaim menurut para ekonom yang telah disurvei oleh reuters.
Usai laporan itu, imbal hasil surat utang AS tenor 2 tahun menginjak level tertinggi sejak 8 Maret, naik sebesar 16 basis poin menjadi 4,882 persen. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun pun naik 13,44 basis poin dan ditutup pada 3,846 persen, level tertinggi sejak awal Maret 2023.
Saat berbicara di sebuah acara yang diselenggarakan oleh bank sentral Spanyol pada Kamis (29/6), Ketua Federal Reserve Powell mengisyaratkan bahwa The Fed kemungkinan akan melanjutkan jalur kenaikan suku bunganya setelah jeda awal bulan ini.
Di samping itu, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengungkapkan pada Kamis (29/6) bahwa Fed harus menaikkan suku bunga apabila pertumbuhan harga-harga menjauh dari target, atau ekspektasi inflasi mulai bergerak dengan “cara yang sulit”.
Sedangkan rupiah selama dua hari terakhir sebelum libur panjang Hari Raya Idul Adha cenderung bergerak sideways walaupun ketidakpastian global meningkat. “Hal ini mungkin disebabkan oleh para investor yang sudah mengambil posisi pada Jumat lalu,” kata Kepala Ekonom bank Permata Josua Pardede pada Kontan.