Ekonomi AS Kontraksi, Rupiah Manfaatkan Peluang untuk Menghijau

Rupiah - @Mufid Majnun
Rupiah - @Mufid Majnun

Jakarta – Nilai tukar mata uang Garuda dibuka menguat sebesar 55,5 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.866 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Jumat (29/7). Kemarin, Kamis (28/7), kurs rupiah berakhir terapresiasi 88,5 poin atau 0,59 persen ke angka Rp14.921,5 per USD.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, dolar AS yang mengukur gerak the Greenback terhadap enam mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS turun 0,09 persen ke 106,3490.

Penurunan USD terjadi usai data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk kuartal kedua berturut-turut. Hal ini sekaligus memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) tak akan menaikkan suku bunga secara agresif seperti prediksi sebelumnya.

Di pemerintah AS, imbal hasil 2 tahun, yang menggambarkan ekspektasi suku bunga, turun ke posisi terendah 3 minggu dari puncaknya pada Rabu (27/7), usai terkoreksi 24 basis poin. Pada Kamis (28/7), Departemen Perdagangan AS melaporkan Produk Bruto () AS turun pada tingkat tahunan 0,9 persen pada kuartal kedua usai mengalami kontraksi 1,6 persen di kuartal sebelumnya. Para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memprediksi kenaikan 0,3 persen dalam PDB kuartal kedua.

“PDB yang lemah jelas menunjukkan ekonomi yang melambat. Kami pikir inflasi yang lebih lemah akan mengikuti pertumbuhan yang lebih lemah,” ucap Ahli Strategi Valas , Vassili Serebriakov, di , seperti dikutip dari Antara.

Dari dalam negeri, rupiah justru menguat usai The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps. Menurut Analis Kapital Investama Alwi Assegaf, penguatan rupiah terjadi lantaran langkah The Fed ini sudah diantisipasi oleh pasar.

Di sisi lain, data ekonomi Indonesia juga cenderung positif. Terlihat dari cadangan devisa yang masih tersedia sebesar 136 miliar dolar AS per Juni 2022 serta yang surplus. “Hal itu mencerminkan fundamental Indonesia masih tetap kuat meskipun Bank Indonesia menahan kenaikan suku bunga,” ujar Alwi pada Kontan.

Pos terkait