Jakarta – Kurs rupiah mengawali perdagangan pagi hari ini, Rabu (28/12), dengan penguatan sebesar 5,5 poin atau 0,04 persen ke angka Rp15.657 per dolar AS. Kemarin, Selasa (27/12), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 30 poin atau 0,19 persen ke level Rp15.662,5 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau cenderung datar. Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, indeks dolar AS bertengger di posisi 104,080. Gerak dolar AS ini dipicu aksi China yang mengatakan bakal membatalkan aturan karantina Covid-19 untuk wisatawan yang masuk. Hal tersebut adalah langkah besar dalam membuka lagi pembatasannya, bahkan saat kasus Covid-19 melonjak.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional, Senin (26/12), China akan berhenti mewajibkan pelancong yang tiba untuk melakukan karantina mulai 8 Januari. Di saat yang sama, Beijing menurunkan peraturan untuk menangani kasus Covid ke Kategori B yang lebih ringan dari Kategori A tingkat atas.
“Kita berada dalam kisaran perdagangan yang sangat sempit, dan saya pikir dengan penguatan dolar terhadap euro dan yen, kita bisa melihat kenaikan dolar lebih lanjut terhadap mata uang China,” ucap Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex, Marc Chandler, seperti dilansir dari Antara.
Berdasarkan data yang dirilis pada Jumat (23/12) menunjukkan bahwa belanja konsumen Amerika Serikat hampir tidak naik pada November 2022. Sedangkan inflasi semakin menurun, sehingga memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) bisa mengurangi pengetatan kebijakan moneter yang agresif.
Menurut Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, minimnya sentimen membuat posisi rupiah tak banyak berubah. Melemahnya rupiah kemarin dianggap lebih karena persepsi risiko atas kekhawatiran perlambatan ekonomi yang sedang naik. “Pasar berekspektasi akan ada kenaikan suku bunga lanjutan dari The Fed dan BI,” ucap Fikri pada Kontan.
Analis DCFX Futures Lukman Leong pun sependapat bahwa pelemahan rupiah pada perdagangan kemarin karena ekspektasi terhadap perlambatan ekonomi, khususnya Indonesia. Sentimen domestik terkait perlambatan ekonomi tersebut diperkirakan masih akan mempengaruhi gerak rupiah di perdagangan hari ini.