Jakarta – Kurs rupiah mengawali perdagangan pagi hari ini, Jumat (26/8), dengan penguatan sebesar 27 poin atau 0,18 persen ke angka Rp14.797,5 per dolar AS. Sebelumnya, Kamis (25/8), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terapresiasi 23,5 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.824,5 per USD.
Indeks dolar yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap enam mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS turun 0,19 persen jadi 108,4670. Indeks dolar AS bertahan sedikit di bawah level tertinggi 20 tahun pada 109,29 yang dicapai pada 14 Juli 2022. Penurunan dolar AS terjadi lantaran para investor sedang menanti pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat untuk mengetahui laju kenaikan suku bunga ke depannya.
Powell dijadwalkan berpidato pada Jumat waktu setempat di simposium bank-bank sentral di Jackson Hole. Para pedagang akan menyimak pidatonya untuk mencari tahu petunjuk mengenai jalur suku bunga The Fed di masa mendatang. Investor bimbang antara kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 50 atau 75 basis poin pada pertemuan September 2022. Pasalnya, The Fed berusaha meredam inflasi sembari menghadapi sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang lebih lemah.
“Kami pikir prospek masih terlalu tidak pasti bagi The Fed untuk mengambil kebijakan, karena tren yang menggembirakan baru-baru ini dalam data mungkin tidak dapat dipertahankan dalam jangka menengah,” ujar Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, seperti dilansir dari Antara.
Sementara itu, kurs rupiah diprediksi masih akan menguat terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini. Fokus pasar sekarang tertuju pada simposium Jackson Hole. Menurut Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin, rupiah berpotensi menguat seiring dengan pelemahan dolar AS. Pasar mempertimbangkan profit taking atas penguatan dolar AS yang terjadi sebelum pertemuan Jackson Hole dan pidato Powell.
“Penguatan indeks dolar yang terancam kembali berada di bawah level 108 berdampak positif bagi kinerja mata uang rivalitas dolar, dan juga tidak luput penguatan rupiah di akhir perdagangan Kamis ini,” ujar Nanang pada Kontan. Selain dolar AS yang melemah, penguatan rupiah didukung langkah BI (Bank Indonesia) yang menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 3,75 persen.