Jakarta – Rupiah dibuka melemah sebesar 23,5 poin atau 0,17 persen ke angka Rp15.020,5 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Kamis (22/9). Kemarin, Rabu (21/9), kurs mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 13,5 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.997 per USD.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur gerak the greenback terhadap enam mata uang utama terpantau menguat. Dolar AS mencapai level tertinggi baru 20 tahun di 111,63, usai The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps). Posisi terakhir dolar AS naik 0,7 persen menjadi 110,97. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih besar pada pertemuan yang akan datang.
Keuntungan dolar AS terbatas sejak keputusan The Fed diperkirakan secara luas. Tetapi, karena suku bunga AS akan lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama, tren tetap akan mendukung dolar AS selama beberapa waktu. Perkiraan baru The Fed menunjukkan suku bunga acuan naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun 2022, sebelum memuncak di 4,6 persen pada 2023 untuk menahan inflasi yang sangat tinggi. Pemotongan suku bunga tidak diperkirakan hingga 2024.
Menurut Ketua The Fed Jerome Powell, tak ada cara tanpa rasa sakit untuk menurunkan inflasi. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya ingin bertindak agresif sekarang dan akan terus melakukannya. Selain itu, tindakan The Fed disebut-sebut akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih lambat dan angka pengangguran lebih tinggi.
“Kami memperkirakan dolar AS akan tetap kuat dalam jangka pendek tetapi kami tetap enggan untuk memperhitungkan kenaikan dolar tambahan yang berkelanjutan dari sini dan kami pikir akan puas untuk mengabaikan risiko penurunan yang tidak terkendali di sini,” ungkap Shaun Osborne, kepala analis valas pada Scotiabank di Toronto, seperti dilansir dari Antara.
Dari dalam negeri, rupiah diprediksi masih akan melemah pada Kamis. Menurut Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo, pasar saat ini sedang fokus mencermati keputusan FOMC Meeting The Fed. “Kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS The Fed sebesar 75 basis poin (bps) sepenuhnya diperhitungkan,” kata Sutopo pada Kontan.
Di sisi lain, BI (Bank Indonesia) juga diperkirakan bakal menyesuaikan suku bunganya sebesar 25 bps pada Kamis (22/9) siang. “Normalisasi kebijakan yang berlanjut akan mempengaruhi volatilitas pasar valas ke depan,” ungkap Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri.