Jakarta – Rupiah dibuka melemah sebesar 9,5 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp15.581 per dolar as di awal perdagangan pagi hari ini, jumat (21/10). Kemarin, Kamis (20/10), kurs mata uang Garuda berakhir terdepresiasi cukup tajam sebesar 73,5 poin atau 0,47 persen ke angka Rp15.571,5 per USD.
Indeks dolar AS yang mengukur gerak the Greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS turun 0,10 persen jadi 112,86, yang menurut para analis kemungkinan disebabkan karena konsolidasi.
Federal Reserve (The Fed) diprediksi masih akan terus menaikkan suku bunga acuannya akibat inflasi yang tinggi. Para investor memprediksi suku bunga acuan akan mencapai puncak di atas 5,0 persen. Suku bunga The Fed sendiri kini ada di kisaran 3,00 persen hingga 3,25 persen.
Pada Kamis (20/10), Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menjelaskan bahwa bank sentral AS belum selesai menaikkan target suku bunga jangka pendek di tengah tingkat inflasi yang cukup tinggi. Ia menambahkan kemungkinan The Fed akan menemukan ruang tahun depan untuk menghentikan proses pengetatan dan mempertimbangkan seperti apa dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian amerika Serikat.
pasar perumahan menjadi salah satu sektor yang paling terpengaruh oleh suku bunga lebih tinggi, bahkan saat sektor lain termasuk pekerjaan tetap solid. Data terbaru pada Kamis (20/10) menunjukkan, penjualan rumah AS yang ada (existing homes) turun untuk bulan ke-8 berturut-turut pada September 2022.
Sedangkan rupiah kemarin bertengger di posisi terlemah sejak April 2020 atau dalam 2,5 tahun terakhir. Menurut Ekonom bank permata Josua Pardede, pelemahan rupiah sejalan dengan sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang agresif dan masih mendominasi pasar regional. Usai Bank Indonesia (bi) memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps (basis poin), rupiah cenderung diperdagangkan datar.
“Pergerakan rupiah cenderung tidak sejalan dengan pergerakan mata uang Asia yang pada hari ini (kemarin) cenderung menguat terhadap dolar AS. CNY dan CNH bergerak menguat terhadap dolar AS pasca laporan yang menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok mempertimbangkan untuk mengurangi periode karantina bagi yang berkunjung ke Tiongkok,” kata Josua pada Kontan.
Pasar akan mencermati rilis data initial jobless claim yang dirilis malam ini. Data tersebut diprediksi akan meningkat jadi 233.000 dari periode sebelumnya sebesar 228.000.