Dolar AS Tergelincir, Rupiah Manfaatkan Peluang untuk Rebound

Ilustrasi: nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS (sumber: faktualnews.co)
Ilustrasi: nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS (sumber: faktualnews.co)

Jakarta rupiah dibuka menguat sebesar 10,5 poin ke posisi Rp14.233 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Kamis (18/11). Kemarin, Rabu (17/11), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 23,5 poin atau 0,17 persen ke Rp14.243,5 per USD.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur gerak the Greenback terhadap enam mata uang utama terpantau turun dari level tertinggi 16 bulan. Pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB, indeks dolar AS tampak terpeleset 0,101 persen jadi 95,846, usai sebelumnya berada di posisi 96,266 untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli 2020. Penurunan dolar AS ini terjadi lantaran para investor sedang menyesuaikan peluang pengetatan bank sentral di tengah meningkatnya tekanan , dengan Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun 2022.

“Pasar sekarang mulai memahami bahwa Anda akan memiliki tema-tema yang berbeda di valas. Saya pikir Anda berada dalam periode berombak. Anda terus melihat pasar terpaku pada inflasi,” jelas Edward Moya, analis pasar senior di broker valas Oanda, seperti dilansir Antara.

Pasar uang kini memprediksi bahwa kemungkinan besar The Fed menaikkan suku bunga acuannya pada Juni 2022, lalu disusul oleh yang lainnya pada November. Data CME menunjukkan kemungkinan 50 persen kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juli 2022.

“Pasar berasumsi bahwa suku bunga utama akan dinaikkan pada paruh kedua tahun depan,” jelas Antje Praefcke, strategi valas di Commerzbank. “Bagi saya juga, dolar tetap merupakan ‘beli saat penurunan’ dalam jangka pendek,” imbuhnya.

Sedangkan rupiah hari ini diprediksi masih akan melemah karena tertekan faktor dari eksternal. Menurut Senior Economist Samuel Sekuritas Indonesia Fikri C Permana, tekanan untuk rupiah masih akan berasal dari penguatan dolar AS. “Rupiah masih akan berada dalam tekanan. Indeks dolar AS kemungkinan akan kembali menguat,” papar Fikri, seperti dikutip dari Kontan.

Penguatan the Greenback terjadi lantaran kekhawatiran pasar pada kenaikan inflasi. Hal ini mengakibatkan investor berlomba-lomba masuk ke aset lindung nilai seperti dolar AS. Fikri menambahkan, penguatan dolar AS akan didorong oleh rilis data inflasi di Uni Eropa yang diperkirakan kembali naik. Hal itu pula yang mengakibatkan pasar cenderung menghindari aset berisiko seperti rupiah.

Pos terkait