Pasar Fokus Plafon Utang AS, Kurs Rupiah Anjlok pada Rabu Pagi

Rupiah - (Sumber : bisnis.com)
Rupiah - (Sumber : bisnis.com)

Jakarta – Kurs rupiah mengawali perdagangan pagi hari ini, Rabu (17/5), dengan pelemahan sebesar 50,5 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.870,5 per dolar AS. Sebelumnya, Selasa (16/5), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 15,5 poin atau 0,10 persen ke level Rp14.820 per USD.

Bacaan Lainnya

Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau sedikit menguat. Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, indeks dolar AS naik 0,2 persen jadi 102,61. Pergerakan dolar AS ini terjadi lantaran investor sedang mengawasi pembicaraan plafon untuk mencegah kemungkinan gagal bayar yang bisa merusak kepercayaan pada terbesar di dunia.

Negosiasi plafon utang AS dari Presiden Demokrat Joe Biden dan Kevin McCarthy dari Partai Republik berakhir pada Selasa (16/5), setelah kurang dari 1 jam, lantaran ketakutan yang membayangi akan gagal bayar utang Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya mendorong Biden untuk mempersingkat perjalanan Asia yang akan datang.

Namun, pertemuan itu berakhir dengan nada optimis dan tak terduga karena McCarthy, yang keluar dari pertemuan dengan Biden dan para pemimpin kongres lainnya, mengatakan, “Ada kemungkinan untuk mendapatkan kesepakatan pada akhir minggu.” Kedua belah pihak sepakat tentang perlunya tindakan segera.

“Jelas, sejauh ada risiko gagal bayar, itu akan menjadi kacau. Pertanyaannya adalah gagal bayar, dapatkah Anda memiliki obligasi pemerintah sebagai jaminan di dunia yang memiliki leverage tinggi?” ujar Axel Merk, Presiden dan Kepala Investasi di Merk Investments di Palo Alto, California. Dolar AS sendiri cenderung menguat ketika terjadi tekanan finansial dan pada deleveraging (pengurangan utang) karena investor berebut untuk melepaskan taruhan berisiko.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, pelemahan rupiah kemarin akibat rilis data China yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China tak secepat perkiraan sebelumnya. Produksi industri China tercatat 5,6% YoY atau lebih tinggi dibandingkan sebelumnya sebesar 3,9% YoY, namun lebih rendah dari perkiraan sebesar 10,9%. Penjualan retail China juga hanya tumbuh 18,4% YoY atau lebih rendah dari perkiraan sebesar 21,9% YoY.

“Data tersebut mendorong ekspektasi bahwa perekonomian China belum sepenuhnya pulih,” ujarnya pada Kontan. “Rupiah berpotensi menguat esok hari bila data perekonomian AS cenderung lambat, dan mengembalikan ekspektasi ke pasar bahwa Fed akan menahan suku bunganya di 2023,” tandas Josua.

Pos terkait