Data Ekonomi Terbaru AS Bikin Rupiah Tertekan di Awal Dagang

Rupiah - (Sumber : bisnis.com)
Rupiah - (Sumber : bisnis.com)

Jakarta – Kurs mata uang Garuda melemah sebesar 28 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp15.187 per dolar AS di awal perdagangan pagi hari ini, Jumat (17/2). Kemarin, Kamis (16/2), tukar rupiah ditutup terapresiasi 47 poin atau 0,31 persen ke angka Rp15.159 per USD.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB, indeks dolar AS 0,03 persen menjadi 103,8780.

Bacaan Lainnya

Pelemahan dolar AS terjadi lantaran investor tengah mencerna sejumlah data ekonomi terbaru. Indeks dolar AS mundur dari level tertinggi 6 pekan ketika data penjualan ritel Amerika Serikat lebih panas dari perkiraan, sehingga mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Pada Kamis (16/2), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga produsen, ukuran inflasi dari sudut pandang industri dan bisnis, 0,7 persen pada Januari 2023, kenaikan terbesar sejak Juni lalu dan melebihi konsensus 0,4 persen.

Dalam laporan terpisah Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, 1.000 jadi 194.000 untuk pekan yang berakhir pada 11 Februari 2023. Sedangkan menurut ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memprediksi klaim sejumlah 200.000.

Dari dalam negeri, rupiah berhasil menguat karena ditopang oleh hasil rapat Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. Selain itu, rupiah juga diuntungkan oleh pelemahan dolar AS. Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, rupiah sejak kemarin cenderung bergerak menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dan menguat terbatas jelang penutupan perdagangan.

Keputusan BI yang mempertahankan suku bunga ini dinilai telah sesuai dengan ekspektasi pasar. “Langkah BI sejalan dengan penurunan inflasi, baik inflasi umum dan inflasi inti, serta tukar rupiah yang stabil,” jelas Josua, seperti dilansir dari Kontan. Sementara itu, para pelaku pasar masih akan mencermati rilis data ekonomi AS, seperti Producer Price Index (PPI), housing starts, dan jobless claim.

Pos terkait