Data Harga Konsumen AS Menguat, Rupiah Dibuka di Zona Hijau

Rupiah - (Sumber : sindonews.com)
Rupiah - (Sumber : sindonews.com)

Jakarta – Kurs mengawali perdagangan pagi hari ini, Rabu (15/3), dengan penguatan sebesar 16,5 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.368,5 per dolar AS. Sebelumnya, Selasa (14/3), nilai tukar mata uang Garuda berakhir terdepresiasi sebesar 8,5 poin atau 0,06 persen ke level Rp15.385 per USD.

Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan the Greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah. Pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, indeks dolar AS dilaporkan turun 0,087 persen. Pelemahan dolar AS terjadi usai data harga konsumen yang kuat menghidupkan lagi kemungkinan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga pekan depan saat kekhawatiran gejolak yang menyebar di sektor perbankan mereda.

Bacaan Lainnya

Imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak sehari usai surat utang 2 tahun, yang bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, anjlok paling dalam satu hari sejak 1987. Dana Fed berjangka menunjukkan suasana pasar yang merugikan dalam beberapa hari terakhir mereda, lantaran taruhan bahwa Fed akan bertahan pada pertemuan kebijakan 21-22 Maret menurun. Probabilitas tersebut turun jadi 28,4 persen dari 43,9 persen pada Senin (13/3), menurut alat FedWatch CME.

Runtuhnya Silicon Valley Bank dan Signature Bank pekan lalu, menunjukkan pengawasan Fed yang lebih besar terhadap sektor perbankan mungkin dilakukan karena pengetatan kredit. “Risiko seputar pinjaman bank condong ke sisi negatifnya. Dengan beban peraturan dan prospek margin bunga bersih di bank semakin diperas, Anda dapat membuat kasus bahwa itu hanya akan menjadi lebih buruk,” ucap Thierry Wizman, ahli strategi suku bunga dan valas Macquarie di New York, seperti dilansir dari Antara.

Menurut Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong, pasar uang mengantisipasi The Fed untuk lebih dovish dan memperlambat kenaikan suku bunga acuannya. Saat ini, sentimen risk-off terjadi pada pasar modal karena jatuhnya bank Amerika Serikat, Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank yang masih mendominasi. Oleh sebab itu, pasar masih akan mencerna AS.

“Apabila lebih dari perkiraan, maka indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi AS akan melanjutkan rebound. Begitu pun sebaliknya,” papar Lukman, Rabu (15/3), seperti dikutip dari Kontan. Di samping itu, masih akan menanti data rencana perdagangan Indonesia Februari 2023 yang diprediksi kembali surplus. Tetapi, nilai ekspor diprediksi turun dari bulan sebelumnya.

Pos terkait