Denpasar – Di tengah gejolak geopolitik yang membuat krisis global semakin memuncak, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing untuk membahas diplomasi Tiongkok. Ini kemudian akan dilanjutkan di Bali pada November dengan kepentingan mengatasi krisis global.
Diplomasi Tiongkok dibuat dengan pertimbangan saling menguntungkan antar negara yang bekerja sama. Namun, di tengah gejolak geopolitik akibat perang di Ukraina, pandemi COVID-19, gangguan perdagangan, gangguan rantai pasokan pangan, dan gangguan penyaluran energi, pertemuan tingkat atas ini menjadi memiliki arti khusus.
Sebagai tuan rumah di Beijing, Presiden Xi Jinping menyambut hangat mitranya, Presiden Indonesia Jokowi dalam pembicaraan tatap muka pertamanya dengan pemimpin asing sejak Olimpiade Musim Dingin Beijing Februari 2022. Keberhasilan KTT G-20 mendatang menjadi bahan diskusi utamanya, sekaligus cara mempererat hubungan antara Jakarta dan pemerintah di Asia Tenggara.
“Presiden Indonesia akan menjadi salah satu pemimpin pertama yang diterima Presiden Xi Jinping selama pandemi, di luar Olimpiade Musim Dingin di Beijing awal tahun ini,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi. “Fokus kunjungan Asia Timur akan membahas penguatan kerja sama ekonomi, khususnya di bidang perdagangan dan investasi.”
Dilansir dari South China Morning Post, Indonesia menyelenggarakan KTT G-20 di Bali pada bulan November dan memimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara tahun 2023. Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan memiliki penganut agama Islam terbanyak.
Di sisi lain, China adalah mitra dagang terbesar dan investor utama Tanah Air, dengan proyek Belt and Road Initiative terkemuka sedang berlangsung. Beijing dan Jakarta semakin terhubung dengan menjadi negara berkembang yang terdepan.
“Kami berharap melalui kunjungan Presiden Joko Widodo, kedua belah pihak akan semakin memperdalam rasa saling percaya strategis dan kerja sama praktis, serta menciptakan contoh saling menguntungkan,” kata Wenbin. “Para pemimpin akan mencari model pembangunan bersama dan menjadi penentu kecepatan dalam kerja sama antara negara-negara berkembang untuk era baru.”
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin berjanji untuk meningkatkan hubungan bilateral. Dukungan juga dijanjikan untuk KTT G-20 oleh Jokowi dan undangan yang diberikan kepada Xi, sehingga kesepakatan impor minyak sawit tercapai dan proyek kereta api berkecepatan tinggi yang tertunda bisa segera dilaksanakan.
China adalah perhentian pertama perjalanan Jokowi ke Asia Timur yang juga dilakukan di Jepang dan Korea Selatan. Itu semakin menunjukkan pentingnya hubungan politik sebagai kunci suksesnya KTT G-20.
Mengumpulkan para pemimpin dunia yang paling berpengaruh di satu tempat untuk menemukan solusi sangat penting untuk perdamaian, stabilitas, kesehatan, pertumbuhan, dan pembangunan dunia. Perang di Ukraina adalah masalah khusus dan Vladimir Putin dari Rusia telah berjanji untuk hadir, meskipun dengan penolakan Beijing untuk mengutuk invasi Moskow dan ada risiko boikot oleh pemerintah Barat dan sekutu mereka.