Washington – Konflik antara Ukraina dan Rusia membuat beberapa pihak harus ikut campur, khususnya AS (Amerika Serikat). Sibuk mencari cara untuk mengambil alih Ukraina, AS justru harus menghadapi krisis pemerintahan.
Perkiraan Washington dapat memimpin sekutu dari belakang untuk melindungi dan mengambil risiko paling besar dalam mempertahankan Ukraina dinilai tidak realistis dan tidak sesuai dengan karakteristik negara adidaya secara global. Secara informal dalam TRT World, AS menyampaikan kepada pihak Turkiye (Turki), ada kemungkinan bahwa Rusia akan mengirim sistem pertahanan rudal S-400 ke Ukraina. Dengan ini AS berharap Turkiye bisa membantu Ukraina dalam hal pertahanan.
Permintaan informal ini merupakan bagian dari tren pertahanan negara adidaya global. Amerika Serikat, meminta pihak lain untuk membantu para sekutunya, termasuk Ukraina. Sebelumnya, Washington mencoba meyakinkan Polandia untuk mentransfer jet tempur MiG-23 ke Ukraina. Namun, ketika Polandia tidak mau bertanggung jawab penuh dan lebih memilih mengerahkan pasukannya ke pangkalan AS untuk dipindahkan ke Ukraina, semua diskusi seputar jet tempur MiG tiba-tiba berakhir dengan penolakan tegas dari Amerika.
Menyusul upaya ini, AS mencoba meyakinkan negara-negara NATO yang memiliki sistem pertahanan udara Rusia untuk mentransfernya ke Ukraina. Yunani, yang menampung sistem pertahanan udara jarak pendek TOR M-1 dan OSA-AK buatan Rusia, langsung menolak gagasan ini. Bisa dibilang, cara AS adalah bentuk dari krisis pemerintah saat ini.
Tampaknya pemerintahan Biden tidak tahu arti membangun kekuatan secara global. AS harus menjadi negara yang memimpin dan menggembleng orang lain di belakangnya, bukan sebaliknya.
Mentalitas bahwa AS dapat memimpin sekutu dari belakang dan membiarkan mereka melakukan pekerjaan dengan risiko paling besar tidak realistis. Alih-alih membuat permintaan dari orang lain, AS harus fokus pada kurangnya kepemimpinan yang memungkinkan situasi di Ukraina tidak mendapatkan dukungan secara diplomatis dari sekutunya.
“Alih-alih membuang-buang waktu yang berharga ketika tentara Ukraina sekarat di medan perang melawan tentara Rusia, AS harus menunjukkan kepemimpinan dan mengambil tindakan sendiri,” menurut Omer Ozkizilcik, jurnalis TRT World. “Strategi untuk menghadapi Rusia tidak boleh terbatas pada pembahasan proposal yang tidak layak untuk melindungi langit Ukraina. AS harus pragmatis, politis, dan mampu bekerja pada strategi global untuk menghentikan Rusia.”
Di sisi lain, dengan krisis pemerintahan AS terhadap konflik Ukraina, banyak negara yang mulai khawatir, salah satunya Indonesia. Dikhawatirkan, jika perang Rusia dan Ukraina tidak bisa dihadapi dan menimbulkan krisis energi semakin tinggi, maka akan terjadi perang dunia ke tiga.
“Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan RI) mengkhawatirkan juga bahwa karena konflik Ukraina akan menimbulkan perang dunia III (PD III),” papar Satya Widya Yudha, anggota Dewan Energi Nasional (DEN). “Kita ingin lihat, lalu kita sikapi. Paling tidak dari sisi pemerintahan dan DEN memantau ini untuk mengetahui cara terbaik dalam menghadapi krisis energi.”