JAKARTA – Setelah bergerak fluktuatif, rupiah harus mengakhiri perdagangan Selasa (10/10) sore di zona merah ketika pertempuran antara Israel dan Hamas ‘membungkus’ pernyataan dovish pejabat Federal Reserve. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.51 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 46,5 poin atau 0,30% ke level Rp15.738,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau mampu mengungguli greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,47%, diikuti baht Thailand yang terapresiasi 0,25%, peso Filipina yang menguat 0,15%, yen Jepang yang naik 0,11%, dolar Singapura yang bertambah 0,10%, ringgit Malaysia yang terkatrol 0,08%, dan yuan China yang plus 0,07%.
“Rupiah (berpotensi) menguat terhadap dolar AS setelah pernyataan pelonggaran kebijakan moneter atau dovish mengenai suku bunga dari pejabat Federal Reserve,” tutur analis pasar keuangan, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Meski demikian, penguatan akan terbatas oleh perang antara Israel dan Hamas.”
Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, pada hari Senin (9/10) mengatakan bahwa pihaknya perlu berhati-hati dalam menentukan apakah akan menaikkan suku bunga lagi, meskipun ia ‘sangat memperhatikan’ risiko kenaikan inflasi, termasuk apakah perekonomian dan pasar kerja masih terlalu kuat untuk mendorong inflasi semakin turun ketika harga energi meningkat secara tak terduga.
“Kita berada dalam periode sensitif dalam manajemen risiko, dan kita harus menyeimbangkan risiko karena tidak melakukan pengetatan yang cukup, dengan risiko kebijakan yang terlalu membatasi,” kata Jefferson dalam pidatonya di Dallas pada acara tahunan National Association for Business Economics. “Penyeimbangan kedua risiko ini adalah alasan bagus untuk mempertahankan tingkat kebijakan tetap konstan pada pertemuan FOMC terbaru kami.”
Sementara itu, Presiden The Fed Dallas, Lorie Logan, berpendapat bahwa bank sentral AS mungkin harus berbuat lebih banyak untuk mengurangi inflasi jika perekonomian terus mengalami kejutan positif, sehingga mendorong kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang. Dia memperkirakan The Fed akan memerlukan ‘kondisi keuangan yang ketat’ untuk menurunkan inflasi ke target 2% pada waktu yang tepat.
Di belahan Bumi lainnya, pertempuran antara Hamas dan Israel semakin menggila, dengan Israel telah mengumumkan ‘pengepungan total’ Gaza, memutus pasokan air, makanan, dan listrik, ketika militan Hamas mengancam akan mulai membunuh sandera sipil jika pengeboman terhadap wilayah tersebut terus berlanjut tanpa peringatan sebelumnya.
Militan Palestina menculik lebih dari 100 orang dalam serangan multi-front yang mengejutkan dan menewaskan lebih dari 700 orang. media Israel mengatakan bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 900 orang. Menanggapi serangan tersebut, Israel telah melancarkan serangan dari udara dan laut, yang menurut petugas medis telah menewaskan 687 warga Palestina di Gaza, sebuah wilayah yang menjadi rumah bagi 2,3 juta orang yang tidak memiliki tempat untuk melarikan diri.