Klaim Tunjangan Pengangguran AS Naik Moderat, Rupiah Berakhir Hijau

Rupiah - (Sumber : detik.com)
Rupiah - (Sumber : detik.com)

JAKARTA – Rupiah mampu mempertahankan posisi di teritori hijau pada perdagangan (9/12) sore setelah klaim tunjangan pengangguran di AS menunjukkan kenaikan moderat pada pekan lalu. Menurut Bloomberg Index pukul 14.51 WIB, mata uang Garuda ditutup 37,5 poin atau 0,24% ke level Rp15.583 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Peso Filipina menjadi yang paling terpuruk setelah melemah 0,32%, diikuti yen Jepang yang terkoreksi 0,1%, dan baht Thailand yang turun 0,02%. Sebaliknya, won Korea Selatan mampu menguat 0,13%, sedangkan naik 0,06% dan yuan China bertambah 0,04%.

“Rupiah diprediksi bergerak menguat pada hari ini karena pasar terhadap aset berisiko tampak positif, menyambut perubahan kebijakan pembatasan Covid-19 di China,” ulas analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “China diharapkan menerapkan kebijakan yang lebih longgar, sehingga aktivitas ekonomi negara itu bisa meningkat lagi dan dapat membantu pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia.”

Dari pasar global, terpantau bergerak lebih rendah pada hari Jumat seiring meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi di AS, dengan para investor berjaga-jaga menjelang pertemuan bank sentral minggu depan, termasuk Federal Reserve yang menjadi pusat perhatian. Mata uang Paman Sam melemah 0,130 poin atau 0,12% ke level 104,644 pada pukul 09.47 WIB.

Data hari Kamis (8/12) menunjukkan bahwa jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran dilaporkan meningkat moderat pada minggu lalu, dengan apa yang disebut klaim berkelanjutan naik ke level tertinggi 10 bulan pada akhir November 2022. Laporan ini menambah kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar di dunia dapat memasuki resesi pada tahun depan.

“Kami memiliki pandangan yang sangat canggung untuk tahun depan, yang berperan dalam proses pemikiran para pedagang. Kami melihat pertumbuhan yang jauh lebih rendah secara global, juga pertumbuhan yang lebih rendah dari AS,” kata kepala ekonom di Kiwibank, Jarrod Kerr, dilansir dari Reuters. “Itu saat ini sangat berpengaruh menjelang pertemuan kebijakan The Fed minggu depan.”

Pasar uang sekarang memperkirakan peluang 93% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, dengan suku bunga saat ini terlihat memuncak tepat di bawah 5% pada bulan Mei. Bank Sentral dan juga akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter mereka pekan depan, dengan pasar sangat memperhatikan panduan untuk prospek tahun 2023.

Pos terkait