Permintaan Senjata Naik Imbas Ketegangan Taiwan, Produsen Terkendala Rantai Pasokan

Ilustrasi : Tentara mempersiapkan persenjataan - www.defense.gov

TOKYO – Ketegangan di sekitar wilayah Taiwan diperkirakan akan menjadi anugerah bagi industri pertahanan seiring dengan semakin banyaknya negara yang memesan militer untuk memperkuat diri dalam menghadapi ancaman yang mungkin terjadi. Meski demikian, gangguan rantai pasokan menjadi kendala tersendiri bagi produsen, selain ketersediaan suku cadang.

Bacaan Lainnya

Seperti dilansir dari Nikkei Asia, bulan lalu, Jepang berhasil mendapatkan hijau dari Departemen AS untuk membeli 150 rudal air-to-air yang dapat dimuat di tempur F-35 mereka. Kontraktor utama untuk kesepakatan 293 juta dolar AS itu adalah Raytheon Technologies. Usulan penjualan rudal AIM-120, kata AS, akan meningkatkan Jepang untuk menghadapi ancaman, dengan mempertahankan negaranya dan personel AS yang ditempatkan di sana.

Hampir bersamaan, Singapura mendapatkan izin untuk membeli bom berbasis laser dan berbagai amunisi lainnya seharga 630 juta dolar AS. Empat hari sebelumnya, Australia memenangkan persetujuan untuk memperoleh 80 rudal air-to-surface yang dikembangkan oleh Lockheed Martin seharga 235 juta dolar AS. Korea Selatan, sementara itu, akan menghabiskan 130 juta dolar AS untuk 31 torpedo ringan yang digunakan pada helikopter MH-60R untuk perang anti-kapal selam.

Dalam tujuh bulan pertama tahun 2022 ini, Defense Security Cooperation Agency, cabang Pentagon, sudah memfasilitasi 44 kesepakatan semacam itu, termasuk potensi penjualan senilai 8,4 miliar dolar AS ke Jerman dari 35 pesawat tempur F-35. Ke-44 kesepakatan tersebut naik dari 25, 43, dan 40 kesepakatan pada periode yang sama tiga tahun sebelumnya.

Meski kontraktor pertahanan AS mengatakan bahwa mereka melihat keuntungan internasional di depan, tetapi periode emas ini datang dengan peringatan, yakni kendala rantai pasokan. Para pemimpin di Lockheed, Raytheon, Boeing, Northrop Grumman, dan General Dynamics kompak berbicara tentang kesulitan mengamankan suku cadang dan tenaga kerja baru-baru ini.

“Ketika gangguan tidak terjadi, praktik ini menguntungkan produsen dan konsumen,” ujar Direktur Institut Rantai Pasokan Keamanan Nasional RAND, Bradley Martin, kepada Nikkei Asia. “Ketika itu benar-benar terjadi, apakah alasannya adalah pandemi atau bencana alam atau konflik internasional, ada dampak yang luas, terkadang dengan cara yang tidak terduga.”

Covid-19 dan perang Ukraina hanyalah gangguan seperti itu. Jika China meningkatkan tekanan militer di Taiwan, seperti saat menanggapi kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, dengan latihan militer skala besar yang mendorong pengalihan kapal dan penerbangan, hal tersebut dapat menambah kompleksitas. Semua ini dapat mengganggu pandangan kontraktor di tengah perlombaan senjata Asia yang semakin cepat.

“Situasi yang dihadapi basis pelanggan kami telah berubah secara dramatis selama tiga atau empat bulan terakhir,” tutur CEO Lockheed, James Taiclet, dalam konferensi pendapatan perusahaan. “Pasifik dalam siaga tinggi karena pernyataan dan tindakan China baru-baru ini, belum lagi Korea Utara. Nilai pencegahan tidak pernah lebih besar.”

Menurut Taiclet, mungkin diperlukan dua hingga tiga tahun agar permintaan baru terwujud dalam kontrak pertahanan formal, karena ‘kopling’ belum terpasang. Hal ini terutama berlaku untuk pelanggan internasional, yang harus melalui proses penjualan militer asing untuk mendapatkan persetujuan dari Departemen Luar Negeri dan Kongres AS.

Sementara prospek penjualan F-35, F-16, dan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) menggairahkan para petinggi Lockheed, kendala rantai pasokan yang telah menghantui kontraktor sejak awal pandemi masih tetap ada. Penjualan perusahaan untuk kuartal yang berakhir Juni 2022 lebih rendah dari yang diharapkan, yakni 15,4 miliar dolar AS. “Kami telah mengurangi prospek tahun ini untuk mencerminkan hal itu,” sambung Taiclet.

Sentimen serupa juga terjadi di Boeing. Kepala Keuangan Boeing, Brian West, mengatakan, risiko kekurangan termasuk mesin, bahan baku, dan semikonduktor, yang semuanya adalah komponen inti untuk perusahaan. “Untuk menstabilkan produksi dan mendukung rantai pasokan, kami meningkatkan kehadiran di lokasi pemasok, menciptakan tim ahli, memanfaatkan fabrikasi internal untuk kapasitas pencarian, dan mengelola tingkat persediaan,” katanya.

Senada, CEO Raytheon, Gregory Hayes, menuturkan bahwa gangguan rantai pasokan dan kendala tenaga kerja pada prinsipnya berdampak pada bisnis pertahanan di perusahaannya. Sekitar 80% pemasok yang terlibat di sisi komersial memiliki perjanjian jangka panjang yang mengharuskan mereka untuk mempertahankan stok penyangga.

“Jika Anda melihat sisi pertahanan bisnis, hanya sekitar 10% dari bisnis itu berada dalam perjanjian jangka panjang karena aturan kontrak pemerintah,” terangnya. “Dengan kesepakatan pertahanan, Raytheon hanya dapat menjangkau pemasok setelah menerima penghargaan baru dari pemerintah dan kontrak ditandatangani. Kami melihat lead time dua kali lipat dan terkadang tiga kali lipat.”

Meski demikian, CEO Northrop, Kathy Warden, yakin bahwa industri pertahanan berada pada titik balik yang penting. Dijelaskannya, lingkungan geopolitik telah menyoroti peningkatan persyaratan untuk pertahanan dan pencegahan. “Saya tidak melihat titik belok lain yang akan membalikkan tren dalam waktu dekat,” tutur Warden.

Latihan China di Taiwan diperkirakan akan menambah urgensi. Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi, mengatakan bahwa lima rudal balistik yang ditembakkan oleh China tampaknya telah mendarat di zona ekonomi eksklusif (ZEE) mereka. Daerah itu dianggap sebagai tempat kapal induk AS yang mungkin beroperasi dalam kontingensi Taiwan.

Kepala Keuangan Lockheed, Jay Malave, berujar, perusahaan melihat peluang bernilai miliaran dolar AS dalam penjualan internasional dan berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang waktu kontrak potensial. Namun, pihaknya juga membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan rantai pasokan untuk menentukan kapan mereka benar-benar dapat mengirimkannya.

Pos terkait