JAKARTA – Rupiah berhasil mempertahankan posisi di zona hijau pada perdagangan Senin (27/6) sore setelah indeks kepercayaan konsumen as dilaporkan menyentuh posisi terendah baru pada bulan Juni 2022. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 50,5 poin atau 0,34% ke level Rp14.797 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau mampu mengungguli greenback. won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah meroket 0,89%, diikuti yen Jepang yang terbang 0,47%, yuan China yang menguat 0,13%, baht Thailand yang bertambah 0,12%, dan peso Filipina yang naik 0,11%. Namun, dolar Hong Kong harus bergerak stagnan.
“Rupiah menguat terbatas dalam range ketat karena koreksi pada dolar AS dari kembalinya sentimen risk on di pasar, seiring meredanya kekhawatiran inflasi dengan turunnya beberapa harga komoditas seperti minyak mentah,” tutur analis DCFX, Lukman Leong, dikutip dari CNN Indonesia. “Namun, kekhawatiran kasus Covid-19 yang diperkirakan masih akan meningkat serta inflasi yang sudah mendekati level 4% dapat menekan rupiah.”
Dilansir dari CNBC Indonesia, harga minyak mentah yang merosot dalam dua pekan terakhir membuka peluang penurunan harga energi yang bisa meredam inflasi. Pasar kembali melihat potensi The Fed akan sedikit mengendur dalam menaikkan suku bunga. “Penurunan harga komoditas dapat menarik turun inflasi, kemungkinan saat memasuki musim gugur,” kata kepala strategi pasar di Corpay yang berada di Toronto, Karl Schamotta.
Dari pasar global, dolar AS tetap berada di zona merah pada hari Senin, setelah sudah tergelincir pada akhir pekan lalu, menyusul data ekonomi AS yang suram, yang mengurangi taruhan pada kenaikan suku bunga AS. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,222 poin atau 0,1% ke level 103,963 pada pukul 12.30 WIB.
Sentimen konsumen AS dilaporkan mencapai rekor terendah pada bulan Juni 2022, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi, menurut survei terbaru University of Michigan pada hari Jumat (24/6). Pembacaan indeks akhir 50 dalam Survei Konsumen bulanan tepat di bawah pembacaan awal 50,2 yang dirilis dua minggu lalu. Penurunan ini mewakili level terendah yang tercatat sejak universitas mulai mengumpulkan data sentimen konsumen pada November 1952.