Tokyo – Jepang berencana mengembangkan pesawat drone, yakni pesawat tak berawak yang akan terbang berdampingan dengan jet tempur dalam memperkuat pertahanan wilayah. Untuk itu, Jepang menggandeng AS (Amerika Serikat) sebagai sekutunya.
Tak hanya meningkatkan pertahanan wilayah, Negeri Sakura menggandeng AS dalam misi pengembangan drone tempur untuk mempererat hubungan antar sekutu. Dilansir dari Nikkei Asia, nantinya drone akan diterbangkan untuk mendeteksi pesawat tempur dan rudal musuh, sehingga kerusakan wilayah dapat dihindari.
Prototipe drone tempur ini rencananya akan diuji coba pada tahun 2025 dan rancangan aslinya akan mulai diterbangkan pada tahun 2026. Sementara itu, pemakaian drone tempur secara massal baru ditetapkan pada 2035.
Sebelumnya, pangkalan militer Jepang sudah mempunyai drone, yakni Global Hawk buatan AS. Namun, kemampuannya terbatas pada pengawasan dan tidak bisa dilibatkan dalam pertempuran. Itulah alasan Jepang mengembangkan drone khusus bersama AS.
Supaya lebih optimal dalam pertahanan dan bela negara, Jepang sedang mengerjakan pesawat tempur baru yang menggantikan F-2 di tahun 2035. nantinya, drone digunakan untuk mendukung pesawat jet ini. Diharapkan, drone dapat menciptakan keuntungan lebih tinggi dalam pertempuran udara dan mengurangi beban pilot.
Konsep drone militer seperti ini telah disebut sebagai permainan teknologi yang mengubah gaya pertempuran di Ukraina. Militer Kyiv telah menggunakan drone untuk menyerang kapal Rusia yang menginvasi Ukraina.
Sudah banyak negara yang mulai melirik pesawat tak berawak ini, seperti Eropa, China, dan masih banyak lagi. Bahkan, Indonesia telah berhasil mengembangkan drone yang mampu membawa misil seberat 300 kg dan diberi nama Puna Elang Hitam. Dikutip dari iNews.id, kapal tempur tanpa awak buatan Indonesia yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama perusahaan konsorsium ini mampu dikendalikan dari jarak jauh dengan jarak terbang hingga 250 km.
“Puna Elang Hitam mempunyai lebar 16 meter, panjang 8,65 meter, dan tinggi 2,6 meter,” kata Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro. “Saat take off, pesawat bisa menggunakan landasan sepanjang 700 meter. Sedangkan saat landing, bisa pada landasan sepanjang 500 meter.”
Di sisi lain, drone buatan Jepang dan AS nantinya akan dilengkapi dengan kecerdasan buatan (AI) yang membuatnya mampu terbang secara mandiri di depan pesawat jet tempur. Drone akan menerima instruksi pilot atau pusat komando jarak jauh dan terbang berdasarkan penilaian AI terhadap medan dan kondisi cuaca.
Untuk mempermudah dalam hal modifikasi peralatan dan perawatan pesawat, baik drone maupun jet tempur baru, pemerintah Jepang mengharapkan perusahaan Jepang yang memimpin. Diperkirakan, pembuatan pesawat tempur yang baru akan menelan biaya sekitar USD77 juta atau 10 miliar yen.
Sementara itu, biaya pembuatan pesawat drone diperkirakan lebih rendah. Jumlah drone yang akan dikerahkan demi mendukung kekuatan jet tempur Jepang diperkirakan mencapai 100 unit, yang jumlahnya sama dengan jet tempur F-2 saat ini.