JAKARTA – JD.com asal China baru saja mengumumkan akan menutup layanan e-commerce JD.ID di Indonesia. Tidak cuma di dalam negeri, layanan serupa di Thailand juga akan berhenti beroperasi, mencerminkan lanskap e-commerce ASEAN yang sangat kompetitif. Meski demikian, perusahaan mengatakan akan terus melayani pasar global, termasuk Asia Tenggara, melalui infrastruktur rantai pasokannya.
Seperti dilansir dari Nikkei Asia, JD.com akan mengakhiri layanannya di Thailand pada 3 Maret 2023 dan di Indonesia pada akhir bulan yang sama, menurut situs web lokalnya. Kedua unit juga akan berhenti menerima pesanan pada 15 Februari mendatang. Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara, seperti dikutip dari Kompas.com mengatakan, pemberhentian operasi ini merupakan keputusan strategis dari JD.com untuk fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas negara.
Perusahaan memulai operasi e-commerce di Indonesia dengan nama JD.ID pada tahun 2015 lalu sebagai perusahaan patungan dengan Provident Capital, sedangkan platform di Thailand diluncurkan dua tahun kemudian dengan platform terbesar di negara tersebut, Central Group. Sayangnya, JD.com dapat dikatakan gagal mendapatkan daya tarik dibandingkan pemain yang lebih besar seperti Lazada dari Alibaba Group, Shopee dari Sea, dan Tokopedia dari GoTo Group.
Perusahaan, yang juga menjalankan merk ritel Ochama di Eropa, sempat mengatakan pada November lalu bahwa ‘bisnis baru’, termasuk unit di luar negeri serta usaha lain seperti properti JD, hanya menyumbang 2% dari total pendapatan pada kuartal ketiga 2022. Di bulan yang sama, mereka juga dikabarkan memangkas gaji sekitar 2 ribu karyawan di level eksekutif senior untuk membantu membayar tunjangan staf lainnya.
Di China, perusahaan, seperti banyak rekan teknologinya seperti Alibaba, telah berjuang melawan ekonomi yang melambat dan dampak pembatasan COVID-19 yang ketat, yang telah mendorong pemotongan biaya dan PHK pekerja. Sementara JD.com telah berkinerja lebih baik daripada rekan-rekannya, membukukan kenaikan pendapatan kuartal ketiga sebesar 11,4%, kepala eksekutifnya menggambarkan kuartal kedua sebagai yang paling sulit sejak listing pada tahun 2014.
Nattabhorn Buamahakul, mitra di Asia Group Advisors yang berbasis di Bangkok, mengatakan bahwa keluarnya JD.com mencerminkan lanskap e-commerce yang sangat kompetitif di Asia Tenggara, terutama Thailand. Menurut dia, platform online tidak hanya bersaing satu sama lain, tetapi juga operator lokal, usaha kecil yang meningkat karena pembayaran menjadi lebih sederhana, menggunakan media sosial seperti TikTok dan Instagram sebagai titik kontak pelanggan.
Namun, Jeffrey Towson, mitra TechMoat Consulting yang berbasis di Beijing, menuturkan bahwa JD.com telah berperilaku lebih hati-hati daripada para pesaingnya di Asia Tenggara dalam hal pengeluaran untuk pemasaran dan subsidi. Dia yakin mereka keluar tanpa kehilangan terlalu banyak uang. “JD sekarang keluar dari sisi konsumen dan berfokus pada pedagang Asia Tenggara, merk, dan infrastruktur logistik yang terhubung dengan konsumen China dan itu memainkan kekuatan mereka,” katanya.