Invasi Ukraina Ancam Ketahanan Pangan China

Penjual Bahan Pangan di China - www.bbc.com
Penjual Bahan Pangan di China - www.bbc.com

Beijing – Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina telah memicu lonjakan harga dan mendorong naiknya biaya penanaman hampir semua jenis pangan hasil tani secara global. Bahkan, ketahanan pangan di yang selalu stabil menjadi ikut goyah dan terancam porak-poranda. 

Bacaan Lainnya

Memiliki tingkat ketahanan pangan yang selalu stabil, China telah menjadikan bahan pangan sebagai prioritas perekonomian negara. Namun, sebagian besar hasil pertanian pokok seperti gandum dan beras bergantung pada pupuk impor yang saat ini mengalami kenaikan drastis akibat perang antara Rusia dan Ukraina.

United Nations (UN) Food, telah telah memperingatkan kemungkinan krisis pangan di seluruh dunia, tak terkecuali China, karena perang di Ukraina mengancam produksi tanaman pokok utama. Rusia dan Ukraina mewakili lebih dari setengah pasokan bunga matahari dunia dan sekitar 30 persen gandum dunia.

Lebih dari setengah potasium, yakni penting untuk tanaman komoditas utama yang dikonsumsi China setiap tahun diimpor dari Rusia. Data bea cukai menunjukkan bahwa hampir 53% pembelian potasium tahun 2021 berasal dari Rusia dan Belarusia sebagai pemasok terbesar ketiga di dunia. 

Harga pupuk potasium bisa naik, karena awal bulan ini Moskow ingin melakukan penangguhan ekspor pupuk, sementara Lithuania dan Ukraina telah melarang transit kalium Belarusia melalui pelabuhan mereka. Ukraina, produsen utama produk pertanian, juga melarang ekspor pupuk pada Sabtu (12/3).

“Ini pasti akan berdampak pada ketahanan pangan China,” kata Xu Hongcai, wakil direktur komisi ekonomi di bawah Asosiasi Kebijakan China pada jurnalis South China Morning Post. “Jika perdagangan pupuk dan biji-bijian terganggu, bagaimana kami bisa bercocok tanam di musim semi? Bagaimana 1,4 miliar populasi orang di China bisa memegang mangkuk nasi setiap hari? Akan ada banyak masalah yang muncul.”

The Farmers’ Daily, sebuah surat kabar resmi yang berafiliasi dengan kementerian pertanian China, memperingatkan perang telah memicu lonjakan harga pupuk. Ini yang mendorong biaya penanaman dan mengurangi pendapatan petani.

“Situasi global ini sangat komplet,” kata seorang jurnalis The Farmers’ Daily pada Rabu (16/3). “Aturan pasokan pupuk diperketat, terutama untuk impor kalium.”

Tingkat kekhawatiran semakin tinggi ketika kepemimpinan China meningkatkan retorika seputar menjaga keamanan pangan, yang telah berada di bawah tekanan pandemi . Pentingnya kemandirian dalam komoditas primer, termasuk biji-bijian dan pupuk, kembali disorot dalam laporan kerja tahunan tahun ini.

Untuk mengatasinya, China mulai mensubsidi lebih dari 3 juta ton cadangan nitrogen, fosfor, dan pupuk majemuk untuk membantu pembajakan musim semi. Namun, itu belum sepenuhnya bisa mengatasi kekhawatiran mengenai ketahanan pangan yang terancam.

Dalam pertemuan pada hari Senin (14/3), Dewan Negara, kabinet China, mengatakan tahun ini akan mengikuti pergerakan pasar komoditas dan dampaknya terhadap ekonomi China. Itu dilakukan untuk meningkatkan kestabilan harga pupuk impor kembali.

Sementara itu, invasi Rusia ke Ukraina tak hanya mempengaruhi kestabilan pangan China, tetapi juga Indonesia. Menurut laporan CNN, Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) memperkirakan harga pupuk NPK naik imbas invasi Rusia ke Ukraina. Pasalnya, perang tersebut berisiko mengganggu ekspor pupuk kedua negara.

Sebagai catatan, pupuk NPK merupakan pupuk yang memiliki kandungan tiga unsur hara makro, yaitu nitrogen (N) fosfor (P) dan kalium (K). Sekretaris Jenderal APPI Achmad Tossin Sutawikara mengatakan kenaikan harga pupuk diperkirakan akan terjadi mulai semester II 2022 ini.

Pos terkait