JAKARTA – Rupiah tetap berada di area hijau pada perdagangan Senin (3/7) sore setelah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada bulan Juni 2023 dilaporkan mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut paparan bloomberg Index pukul 14.56 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 35,5 poin atau 0,24% ke level Rp15.030 per dolar as.
Siang tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada bulan Juni 2023 terjadi inflasi sebesar 0,14% secara month-to-month, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi 0,09% secara bulanan. Sementara itu, secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,52%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi pada Juni 2023, pertama terkait harga komoditas yang terus mengalami penurunan, misalnya crude oil,” papar Deputi Bidang Statistik distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini. “Pertumbuhan ekonomi 2023 ini diprediksi tumbuh melambat begitupun dengan inflasi pada energi market dan developing ekonomis yang juga diprediksi menurun karena harga komoditas yang lebih rendah.”
Sementara itu, dolar AS berusaha bangkit pada hari Senin setelah data pada hari Jumat (30/6) menunjukkan inflasi bulan Mei 2023 yang lebih rendah dari perkiraan, sedangkan belanja konsumen tiba-tiba melambat, memberikan bukti lebih lanjut bahwa kenaikan suku bunga The Fed memiliki efek yang diinginkan. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tipis 0,005 poin ke level 102,907 pada pukul 11.24 WIB.
Seperti dilansir dari Reuters, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 0,1% untuk bulan Mei 2023, setelah naik 0,4% di bulan sebelumnya, sedangkan secara tahunan naik 3,8% atau melambat dari revisi 4,3% pada bulan sebelumnya. Data indeks pengukur PCE ini masih jauh di atas target inflasi 2% yang ditetapkan Federal Reserve.
Fokus investor minggu ini akan tertuju pada risalah pertemuan Juni Federal Reserve yang dijadwalkan pada hari Rabu (5/7) waktu setempat. Perhatian pasar juga akan tertuju pada Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) Departemen Tenaga Kerja AS dan laporan gaji bulanan yang akan dirilis akhir pekan mendatang, yang akan membantu mengukur pasar tenaga kerja di ekonomi terbesar dunia.
Bank sentral AS memutuskan untuk membiarkan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan bulan Juni lalu, tetapi mereka tetap mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman mungkin masih perlu naik sebanyak setengah poin persentase pada akhir tahun. Pasar sekarang memberikan peluang 84% untuk kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Juli, demikian alat CME FedWatch menunjukkan.