Kairo – Inflasi global menjelang Ramadan bukanlah permasalahan yang baru lagi, tetapi kali ini diperparah dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina. Ini membuat berbagai macam bahan pangan dan makanan olahan dari gandum yang dikonsumsi oleh banyak umat Muslim di seluruh dunia mengalami kenaikan harga secara drastis.
Bagi masyarakat yang tumbuh dengan gandum setiap harinya, inflasi global menjelang bulan puasa menjadi momok tahunan. Dilansir dari TRT World, banyak orang Mesir mulai mengeluhkannya.
“Kami selalu makan sup, saus, dan roti gandum,” kata seorang pemuda Mesir. “Itu untuk sarapan, makan siang, dan malam. Namun, menjelang Ramadan, tampaknya kami harus menghemat.”
Dimulai pada minggu pertama di bulan April, harusnya Ramadan tahun 2022 menjadi bulan yang membahagiakan setelah dua tahun pembatasan terkait pandemi. Banyak umat Islam menantikan bulan puasa tahun ini dengan keinginan berbelanja pakaian baru, beribadah di masjid, dan berbuka bersama.
Namun, gelombang inflasi diperparah serangan Rusia ke Ukraina. Ini membuat harga barang naik berkali-kali lipat dibandingkan kenaikan harga barang di bulan puasa tahun lalu.
“Saya ingin jujur dengan warga kami,” kata Perdana Menteri Mesir Mustafa Madbouly. “Krisis saat ini lebih buruk daripada virus corona.”
Mesir adalah pembeli gandum terbesar dunia. Lebih dari dua pertiga dari permintaannya dipenuhi dengan impor dari Rusia dan Ukraina. Namun, saat ini kedua negara itu terlibat dalam konflik yang mematikan sejak 24 Februari 2022.
Rusia dan Ukraina menyumbang 30% dari pasokan gandum global. Dengan ditutupnya pelabuhan dan Kiev yang mempertahankan stok serealnya untuk konsumsi warganya sendiri, jumlah pasokan gandum untuk pasar internasional tidak bisa tercukupi.
Tak hanya Mesir, Irak merasakan inflasi global yang cukup memberatkan negaranya. Apalagi, setelah harga minyak goreng naik menjadi 50% diikuti dengan pupuk sebagai bahan penting dalam bertani gandum.
“Konflik telah membuat seluruh dunia kekurangan biji-bijian, terutama gandum,” kata Saad Bin Ahmed, direktur pelaksana KASB Securities (Khadim Ali Shah Bukhari Securities Limited). “Ditambah dengan kekurangan pupuk, yang juga menyebabkan harganya naik.”
Inflasi sudah menyebabkan sakit kepala bagi pembuat kebijakan, baik di negara maju dan negara berkembang, bahkan sebelum pasukan Rusia menyeberang ke Ukraina. Harga di AS berada pada level tertinggi dalam 30 tahun. Inggris juga melihat tingkat inflasi yang belum pernah terjadi dalam 40 tahun. Uni Eropa melaporkan rekor inflasi tertinggi. Jerman, kekuatan ekonomi Eropa, mengalami kenaikan harga paling tajam saat ini, sejak 1990-an.
Sementara itu, dilansir dari Bisnis.com, indonesia juga mengalami inflasi global terkait harga minyak goreng yang naik menjelang Ramadan. Kondisi ini dinilai akan memengaruhi operasional usaha yang memerlukan minyak goreng sebagai komponen produksi.
“Inflasi menjelang Ramadan terkait harga minyak goreng adalah hal yang cukup serius, karena secara seasonal Ramadan merupakan momen naiknya permintaan minyak goreng,” kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.