JAKARTA – rupiah mampu berada di zona hijau pada perdagangan Kamis (14/9) sore data inflasi AS bulan Agustus 2023 dilaporkan lebih tinggi dari perkiraan serta masih jauh di atas target Federal Reserve sebesar 2%. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 14.54 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 15 poin atau 0,10% ke level Rp15.355 per dolar as.
Pada Rabu (13/9) waktu setempat, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi negara tersebut mencatat kenaikan bulanan terbesar tahun ini pada bulan Agustus 2023 karena konsumen menghadapi kenaikan harga energi dan berbagai barang lainnya. Indeks harga konsumen (IHK) AS, yang mengukur biaya berbagai barang dan jasa, naik 0,6% dalam penyesuaian musiman pada bulan tersebut dan naik 3,7% dari tahun lalu.
Namun, tidak termasuk pangan dan energi yang bergejolak, IHK inti meningkat masing-masing sebesar 0,3% secara bulanan dan 4,3% secara tahunan, dibandingkan perkiraan sebesar 0,2% dan 4,3%. Pejabat Federal Reserve sendiri lebih fokus pada sektor inti karena memberikan indikasi yang lebih baik mengenai arah inflasi dalam jangka panjang. Sebelumnya, inflasi inti naik 0,2% dan 4,7% di bulan Juli.
“Perumahan terus memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap langkah-langkah inflasi,” kata kepala ekonom di Bright MLS, Lisa Sturtevant, dilansir dari CNBC. “Pertumbuhan harga sewa telah sangat melambat dan median harga sewa secara nasional turun dari tahun ke tahun di bulan Agustus. Namun, dibutuhkan waktu berbulan-bulan agar tren sewa agregat tersebut muncul dalam ukuran IHK yang harus diperhitungkan oleh The Fed.”
Dari pasar global, dolar AS bergerak lebih rendah, melayang di atas level terendah dalam tiga bulan terhadap euro pada hari Kamis, karena perhatian beralih ke pertemuan penetapan suku bunga European Central Bank (ECB), setelah data inflasi AS gagal mengubah pandangan mengenai penghentian sementara suku bunga Federal Reserve pada minggu depan. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,13 poin atau 0,12% ke level 104,636 pada pukul 10.03 WIB.
Setelah pengumuman data inflasi AS, para pedagang tetap yakni bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan tanggal 20 September, menurut perkiraan pasar uang. Namun, peluang peningkatan seperempat poin pada akhir tahun adalah sekitar 40%. “Pertemuan The Fed pada bulan November akan menjadi ‘peristiwa penting’, yang berpotensi mendukung dolar AS,” ulas pedagang valuta asing senior di Convera di Melbourne, James Kniveton.