JAKARTA – Rupiah melanjutkan tren positif pada perdagangan Kamis (13/7) pagi setelah data terbaru menunjukkan bahwa angka inflasi AS bulan Juni 2023 anjlok ke posisi terendah dua tahun. Menurut paparan data Yahoo Finance pukul 09.19 WIB, mata uang Garuda menguat 101 poin atau 0,67% ke level Rp14.974 per dolar AS. Sebelumnya, spot berakhir terapresiasi 78,5 poin atau 0,52% di posisi Rp15.074,5 per dolar AS pada transaksi Rabu (12/7) sore, berdasarkan catatan Bloomberg Index.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) negara tersebut pada Juni 2023 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,2% secara month-to-month dan naik 3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan prediksi dow jones untuk kenaikan masing-masing sebesar 0,3% dan 3,1%, sekaligus menjadi tingkat terendah sejak Maret 2021.
“Ada kemajuan signifikan yang dibuat di bagian depan inflasi, dan laporan hari ini menegaskan bahwa sementara sebagian besar negara menghadapi suhu yang lebih panas di luar, inflasi akhirnya mendingin,” terang kepala investasi di Key Private Bank, George Mateyo. “The Fed akan menerima laporan ini sebagai validasi bahwa kebijakan mereka memiliki efek yang diinginkan, inflasi telah turun sementara pertumbuhan belum terhenti.”
Pejabat Federal Reserve sebelumnya memperkirakan tingkat inflasi akan terus turun, terutama karena kemudahan biaya untuk tempat berlindung, yang merupakan sepertiga dari bobot dalam IHK. Namun, indeks hunian naik 0,4% pada bulan lalu dan naik 7,8% secara tahunan. Kenaikan bulanan itu menyumbang sekitar 70% dari kenaikan IHK utama, demikian laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
“Biaya perumahan, yang merupakan bagian besar dari gambaran inflasi, tidak turun secara berarti,” ulas kepala ekonom di Bright MLS, Lisa Sturtevant. “Karena suku bunga telah didorong sangat rendah oleh The Fed selama pandemi dan kemudian meningkat begitu cepat, kenaikan suku bunga tidak hanya mengurangi permintaan perumahan, tetapi juga sangat membatasi pasokan penjualan.”
Ketua The Fed, Jerome Powell, sudah mengisyaratkan jika bank sentral AS akan kembali menaikkan suku bunga acuan setelah menahan suku bunga pada Juni di kisaran 5,0-5,25%. Pasar kini melihat peluang 92,4% jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada akhir bulan ini. Ekspektasi sedikit menurun dibandingkan 93% lebih sebelum rilis data inflasi.
Lantas, bagaimana dengan pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini? Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mata uang Garuda berpotensi menguat terbatas apabila inflasi AS sesuai ekspektasi, yakni menurun. Dengan demikian, potensi The Fed menaikkan suku bunga hingga 50 basis poin di sisa tahun ini semakin mengecil. “Rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.025 sampai Rp15.125 per dolar AS,” katanya, dikutip dari Kontan.