Hadang China, Indonesia Berencana Tambah Armada Kapal Selam

KRI Nagapasa 403 - www.republika.co.id

Pemerintah Indonesia dikabarkan ingin menambah armada kapal selam sebanyak tiga kali lipat dari jumlah saat ini menjadi 12 kapal, selain armada korvet, hanya sebulan setelah salah satu kapal selamnya, KRI Nanggala-402, dipastikan hilang dan menewaskan 53 awak. Langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan China yang berulang-ulang ke perairannya.

Bacaan Lainnya

Seperti dilansir dari Nikkei Asia, luas perairan Indonesia saat ini menempati urutan ketiga dunia, termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE). Sayangnya, ukuran armada kapal selam negara ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang yang menempati urutan keenam dan telah memiliki setidaknya 20 kapal.

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, telah mengindikasikan bahwa pihaknya akan meningkatkan investasi dalam peralatan militer setelah kecelakaan KRI Nanggala-402. Untuk kapal selam, Indonesia sedang mengejar kesepakatan produksi bersama dengan Korea Selatan, sedangkan , Rusia, dan Turki sudah menawarkan untuk mengekspor kapal tersebut. Jepang pun tengah menjajaki ide menjual kapal selam ke Jakarta.

Seperti diketahui, KRI Nanggala-402 tiba-tiba menghilang pada 21 April lalu saat mempersiapkan latihan torpedo di perairan Bali. Kapal tersebut dibuat pada tahun 1977 di Jerman dan diakuisisi oleh Indonesia pada tahun 1981. Militer negara mengatakan, kapal selam tersebut kemungkinan besar terkena gelombang bawah laut raksasa yang membuatnya lepas kendali.

Insiden itu memicu rasa urgensi pemerintah. Garis ‘nine-dash’ China yang kontroversial memotong sebagian ZEE Indonesia di sekitar Kepulauan . Kapal penangkap ikan Negeri Panda beroperasi di sana dan Beijing juga telah mengerahkan kapal penjaga pantai, yang pada bulan Februari lalu diberi otorisasi untuk menggunakan daya tembak. Jakarta mengambil langkah bersiap untuk kemungkinan peningkatan aktivitas di daerah tersebut.

“Jika jumlah kapal selam dapat ditingkatkan ke tingkat target, mereka dapat melakukan pengawasan intensif di daerah yang sulit dijangkau kapal patroli,” kata Khairul Fahmi dari Institute for Security and Strategic Studies, sebuah think-tank Indonesia. “Dengan demikian, keberadaan kapal asing di sekitar Natuna kemungkinan akan berkurang.”

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah bekerja sama dengan Korea Selatan untuk kapal selam dan sedang mengupayakan kerjasama teknis dengan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering. Dari empat kapal selam yang saat ini beroperasi, dua dibangun di Korea Selatan dan satu diproduksi di dalam negeri menggunakan teknologi dari Negeri Ginseng. Kapal selam yang tenggelam sepenuhnya diperbarui di Korea Selatan pada tahun 2012.

Ketika mengimpor perlengkapan pertahanan, Indonesia meminta transfer teknologi untuk meningkatkan kemampuan teknis dan untuk mengamankan pekerjaan. Korea Selatan telah menawarkan yang menguntungkan bersama dengan harganya. Namun, pihak Indonesia belum puas dengan kemampuan kapal-kapal ini, salah satunya masalah pasokan daya yang terhubung ke baterai. Kapal selam dari Jepang mungkin akan lebih canggih dan menawarkan lebih banyak waktu untuk beroperasi di bawah air. Namun, harganya lebih tinggi dan kondisi transfer teknologi akan lebih rumit.

Pos terkait