Souvenir Hits Wayang Mini dari Kulit Domba yang Eksis di Pasaran

Proses Pembuatan Wayang Mini - (YouTube: PasarKita)
Proses Pembuatan Wayang Mini - (YouTube: PasarKita)

Wayang merupakan bagian dari kerajinan kriya yang umumnya terbuat dari sapi atau kerbau, tetapi Febri Aminanto, perajin asal Merjosari Kota Malang berhasil memanfaatkan kulit domba untuk wayang kulit. Pemuda satu ini memproduksi wayang kulit berukuran mini yang kini populer dipasarkan sebagai souvenir pernikahan.

Bacaan Lainnya

“Ukuran wayang kulit ini memang sengaja dibuat lebih kecil dari umumnya karena hanya berukuran 23-25 cm. Banyak yang memesan wayang mini ini untuk souvenir pernikahan,” ungkap perajin wayang mini, Febri Aminanto.

Tak hanya ukurannya yang kecil, wayang mini buatan Febri tersebut memang terbilang unik lantaran terbuat dari kulit domba. Febri memulai usaha wayang mini di rumahnya, Jl. Joyo Utomo Gg. 2 No 42, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang sejak 2011 silam. Dalam wayang kulit, Febri bahkan belajar sendiri secara otodidak. Di tangan pemuda ini, limbah kulit domba sisa pemakaian pembuatan terbang jidor dimanfaatkan untuk dikreasikan menjadi wayang mini.

“Kulit domba dipilih karena harganya lebih murah dan mudah diproses tidak jauh berbeda dengan kulit sapi atau kerbau,” tambah Febri.

Proses pembuatan wayang kulit mini berbeda dari wayang kulit ukuran aslinya. Wayang kulit mini ini tidak memakai teknik pahat karena memakai alat sederhana berupa gunting dan cutter sebagai pemotong kulit limbah. Sebelumnya, Febri menggambar sketsa karakter wayang yang ingin dibuat menggunakan mal. Setelah itu, kulit domba tersebut digunting dan diberi tambahan pewarna dari kayu. Terakhir, wayang tersebut disungging atau digapit memakai bambu.

“Tidak ada kesulitan dalam pasokan bahan, karena di lingkungan sekitar ada tempat memproduksi kulit domba juga,” beber Febri.

Karakter wayang mini yang dibuat Febri yakni lakon Punokawan, Hanoman, dan beberapa tokoh lainnya.  Hampir setiap hari dia memproduksi wayang mini untuk memenuhi pesanan pelanggan yang didominasi untuk event pernikahan di wilayah Kabupaten Malang. Dalam tiga hari, Febri mampu membuat 15 karakter wayang dan mematok harga mulai Rp25 ribu, tergantung ukurannya. Soal pemasaran, Febri memanfaatkan media sosialnya. Ke depan, Febri ingin mengembangkan usahanya dan memiliki galery sendiri untuk memajang hasil karyanya.

“Saya juga siap memberikan pelatihan bagi pemuda yang tinggal di sekitarnya untuk membuat karya seni wayang kulit,” tutup pria berkacamata ini.

Seni pertunjukan wayang hingga saat ini sangat digemari oleh berbagai masyarakat Indonesia. Persebarannya tidak hanya terbatas di Pulau Jawa, tetapi juga menyebar luas ke pulau-pulau lainnya, seperti Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, hingga Kalimantan. Seiring perkembangannya, wayang tidak hanya dipertunjukkan dalam bentuk bayangan, tetapi juga dalam bentuk visualisasi lain seperti wayang golek, wayang cepak, wayang beber, wayang wong, dan sebagainya.[1]

[1] Mujiyat, Koko Sondari. 2002. Album Wayang Kulit Banjar. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan RI. Hlm 1.

Pos terkait