Harga Rumah di AS Anjlok, Rupiah Kembali Berakhir Menguat

Rupiah menguat (Sumber : www.trenasia.com)

JAKARTA – Rupiah tetap nangkring di zona hijau pada perdagangan (26/10) sore setelah laju dolar AS terpantau limbung di tengah data harga perumahan di Negeri Paman Sam yang mengalami penurunan. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.51 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 59,5 poin atau 0,38% ke level Rp15.563 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Yuan China menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 0,39%, diikuti yen Jepang yang terkoreksi 0,24%, baht Thailand yang melemah 0,09%, dan yang turun 0,03%, Sebaliknya, won Korea Selatan dan peso masing-masing masih mampu menguat 0,20%.

“Rupiah hari ini bakal menguat di tengah sentimen negatif yang masih tinggi di bursa global, karena imbal hasil obligasi AS turun dan diikuti pelemahan dolar AS,” ujar analis DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Meski demikian, penguatan rupiah akan terbatas menjelang rilis data ekonomi penting dan pertemuan bank sentral utama.”

Dari pasar global, dolar AS berkubang di level terendah tiga minggu versus mata uang utama pada hari Rabu setelah lebih banyak tanda-tanda kelemahan ekonomi di AS mengipasi spekulasi tentang opini pejabat Federal Reserve yang kurang hawkish. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tajam 0,612 poin atau 0,55% ke level 110,338 pada pukul 14.42 WIB.

Data baru-baru ini menunjukkan bahwa harga rumah di AS merosot pada Agustus 2022 karena lonjakan bunga hipotek melemahkan permintaan. Harga rumah di AS memang naik 13% dibandingkan Agustus 2021, tetapi menjadi lompatan yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan 15,6% yang terlihat pada Juli 2022 dan kecepatan 18,1% pada Juni 2022, demikian laporan S&P CoreLogic Case-Shiller US National Home Price Index.

“Saya masih ragu apakah kita dapat mengatakan kita telah melihat puncak dolar AS, tetapi bukti perlambatan sedang dibangun,” kata strategi FX di National Australia Bank, Ray Attrill, dilansir dari Reuters. “Jika pasar benar-benar nyaman dengan poros The Fed, jika itu yang turun menjadi 50 poin dan berpotensi mengakhiri siklus pengetatan di 5% awal depan, maka inilah saatnya untuk menghentikan kekuatan dolar AS, tetapi kita harus menunggu pesan The Fed minggu depan sebelum sampai pada kesimpulan itu.”

Pos terkait