Jakarta – Harga emas mengalami pelemahan pada hari Jumat atau Sabtu WIB lantaran dolar AS yang menguat. Pergerakan ini terjadi walaupun ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve (The Fed) mengakibatkan emas tetap ada di jalur untuk kenaikan mingguan kelima berturut-turut.
Harga emas di pasar spot turun 0,15 persen ke level USD1.925,33 per ons, usai naik ke level tertinggi sejak 22 April pada posisi USD1.937,49 per ounce di awal sesi perdagangan. Harga emas telah menguat 0,4 persen pekan ini.
“Dolar AS menemukan beberapa bentuk stabilitas dan pada gilirannya kita bisa melihat harga emas menuju lebih rendah ke minggu depan,” ujar Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, seperti dilansir dari Liputan6.
Indeks dolar AS naik 0,1 persen terhadap sejumlah mata uang utama, sehingga mengakibatkan harga emas lebih mahal untuk pemegang mata uang lainnya. Akan tetapi, rilis data ekonomi AS yang lemah belum lama ini dan pernyataan hawkish dari para pejabat The Fed telah memicu kekhawatiran atas perlambatan global dan mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset logam safe-haven.
Pernyataan dari pejabat The Fed telah menunjuk tingkat terminal di atas 5 persen. Namun, pedagang masih bertaruh pada tingkat memuncak pada 4,9 persen di bulan Juni dan melihat peluang 93,7 persen untuk kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan Februari 2023 mendatang.
Logam mulia seperti emas cenderung naik harganya saat ekspektasi kenaikan suku bunga surut. Pasalnya, suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberi imbal hasil.
Sementara itu, dari dalam negeri harga emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk hari ini, Sabtu (21/1), terpantau turun Rp4 ribu jadi Rp1.035.000 per 1 gram. Harga buyback atau pembelian kembali emas Antam juga turun Rp4 ribu menjadi Rp941 ribu per gram. Sedangkan di Pegadaian, emas cetakan Antam sekarang dijual seharga Rp1.076.000 dan cetakan UBS Rp1.042.000 per gram.