Antibiotik untuk Infeksi Sistemik, Segini Harga Cravox Infus

Infus untuk Pengobatan Infeksi Sistemik - (www.medilifeglobal.com)
Infus untuk Pengobatan Infeksi Sistemik - (www.medilifeglobal.com)

JAKARTA – Selain dalam bentuk tablet, antibiotik merk Cravox saat ini juga tersedia dalam bentuk infus. Seperti varian tablet, Cravox infus juga ditujukan untuk pengobatan infeksi sistemik, seperti sinusitis maksilaris, pneumonia, infeksi kulit, dan infeksi kemih. Sudah tersedia di berbagai apotek, bahkan dijual di situs e-commerce, satu botol ini dijual dengan harga ratusan ribu rupiah. 

Bacaan Lainnya

Seperti dilansir dari Klik Dokter, Cravox adalah antibiotik yang mengandung Levofloxacin yang digunakan untuk membantu mengobati berbagai infeksi bakteri, seperti sinusitis maksilaris (peradangan pada salah satu sinus), pneumonia (peradangan pada paru-paru), infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antibiotik kuinolon, Cravox bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Namun, obat ini tidak akan bekerja untuk infeksi virus (seperti pilek dan flu).

Di pasaran, Cravox sudah hadir dalam dua sediaan, yakni tablet dan infus. Keduanya sama-sama termasuk obat keras. Bedanya, jika varian tablet hadir dalam kandungan Levofloxacin 250 mg dan 500 mg, maka varian infus tersedia dalam kandungan Levofloxacin 500 mg (100 ml) dan 750 mg (150 ml). Cravox infus diberikan melalui infus intravena (melalui pembuluh darah).

Meski varian tablet lebih banyak dijumpai, tetapi ada sejumlah apotek yang menawarkan Cravox dalam bentuk infus. Untuk varian 100 ml, sekarang dijual dengan harga Rp160 ribuan per botol. Sementara itu, harga kemasan 150 ml lebih mahal hampir dua kali lipat, yakni Rp310 ribuan per botol. Apabila Anda lebih sreg dengan variant tablet, Anda bisa membelinya dengan harga mulai Rp260 ribuan per berisi 10 tablet.

Meskipun punya manfaat, ternyata kita tidak disarankan mengonsumsi antibiotik jika memang tidak membutuhkan obat tersebut. Menurut keterangan dr. Robert Sinto, SpPD, K-PTI, dokter spesialis penyakit dalam konsultan tropik dan infeksi dari RSCM, sebaiknya memang tidak mengonsumsi antibiotik apabila tidak dibutuhkan untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap obat. 

“Jadi kalau kita sakit dan sakitnya bukan karena infeksi bakteri, tidak perlu minum antibiotik karena kalau kita meminum secara bebas, maka kita akan memicu terjadinya resistensi,” jelas dr. Robert, seperti dilansir dari Republika. “Antibiotik juga bukanlah obat untuk demam, batuk, dan pilek. Kita perlu untuk menilai dulu, ini infeksi bakteri atau bukan, baru kita tentukan.”

Pos terkait