Brand Rokok Ternama Asal Amerika, Harga Camel Ungu Mulai Belasan Ribu Rupiah

Ilustrasi : Seseorang sedang merokok - okezone.com

Industri rokok di Indonesia tidak hanya diramaikan oleh pabrik-pabrik rokok lokal saja, tetapi juga brand rokok asal luar negeri seperti Camel. Camel sendiri merupakan merk rokok yang dikenalkan oleh perusahaan Amerika R.J. Reynolds Tobacco sejak tahun 1913 silam. Mayoritas rokok Camel saat ini mengandung campuran tembakau Turki dan Virginia. Banyak varian rokok camel yang dipasarkan di Tanah Air, termasuk varian Camel Purple (ungu) dengan harga mulai belasan ribu per pack.

Bacaan Lainnya

Rokok Camel ungu tersedia dalam dua 2 varian, yakni Camel Filter Option Purple isi 12 batang dengan harga Rp15 ribu di Indomaret dan Camel Rokok Filter Activate Purple Mint isi 20 batang seharga Rp25.300. Sementara itu, Camel ungu Activate Purple Mint 1 slop harganya mulai Rp243 ribu. Harga rokok Camel ungu dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Untuk memenuhi pasar di luar Amerika, rokok Camel dipasarkan oleh Japan Tobacco International secara mendunia, termasuk di negara Indonesia. Rokok Camel mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia melalui Camel Mild dan Camel Mild Option Purple yang sukses besar di pasaran. Selain Camel ungu, ada juga varian Camel White (putih), Camel Yellow (kuning), Camel Mild, Camel Mild Click, hingga Camel Option.

Rokok Camel ungu sendiri lewat sensasi flavor beads di dalam filternya yang bisa dipencet langsung oleh saat hendak merokok. Flavor beads itu pula yang menghadirkan rasa mentol yang segar dan menarik minat para perokok untuk menggunakan Camel Purple.

Meski terkenal sebagai produsen rokok Camel terkemuka di Amerika, nyatanya R.J. Reynolds Tobacco memiliki budaya kerja yang unik. Pihak perusahaan kabarnya melarang para karyawan untuk merokok di kantor. tersebut bahkan sudah diberlakukan sejak tahun 2015 lalu, di mana pemakaian rokok tradisional, cerutu, atau pipa tidak diizinkan di meja kerja, ruang konferensi, lorong-lorong, dan elevator, termasuk di pabrik dan di kafetaria, maupun di pusat kebugaran.

“Kami percaya itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kami ingin mengakomodasi non-perokok dan perokok yang bekerja dan mengunjungi fasilitas yang ada,” ujar juru bicara perusahaan, Howard, seperti dilansir dari Huffingtonpost melalui Liputan6.

Pos terkait