Jakarta – Harga bitcoin hari ini, Minggu (13/11), terpantau naik tipis sebesar 0,04% ke level USD $16.861,81 atau setara Rp261 juta apabila dikonversikan dalam rupiah. BTC dibuka di posisi USD16.865,88. Sepanjang hari ini, bitcoin bergerak pada kisaran harga USD16.605,95 sampai USD16.955,50 dengan kapitalisasi pasar senilai USD323,79 miliar.
Bitcoin (BTC) baru-baru ini diperdagangkan sekitar $16.675, turun hampir 7%. Cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar masih melayang di dekat $17.000 ketika CoinDesk melaporkan bahwa FTX, bursa yang pernah dihormati secara luas, telah menyatakan kebangkrutan setelah pencarian penyelamat yang sia-sia. Dampak yang sedang berlangsung untuk sektor kripto yang sudah terguncang masih belum pasti.
“Runtuhnya FTX dan ketidakpastian yang dibawanya ke industri telah menjadi pukulan merusak lainnya,” kata Craig Erlam, analis pasar senior untuk pembuat pasar valuta asing Oanda. “Seberapa merusaknya akan tergantung pada detail lebih lanjut apa yang muncul dalam beberapa hari mendatang, tetapi saat ini, harga tetap di bawah tekanan dan rentan terhadap penurunan tajam lebih lanjut,” imbuh.
Sedangkan ethereum hari ini tampaknya kurang bersinar. Kripto terpopuler kedua di dunia ini justru turun 0,40% ke posisi USD1.269,57 atau sekitar Rp19,6 jutaan setelah mengawali perdagangan di level USD1.274,62. Dalam kurun waktu 24 jam, ethereum diperdagangkan pada rentang angka USD1.237,24 sampai USD1.281,27. Pangsa pasar ethereum mencapai USD151,72 miliar.
Ether (eth) baru-baru ini berpindah tangan tepat di atas $1,260, turun lebih dari 4,5%. Sebagian besar crypto besar lainnya berdasarkan nilai pasar menghabiskan hari mereka di tempat merah, korban dari kebangkrutan FTX.
Pasar ekuitas melanjutkan momentum mereka dari hari Kamis, terutama sektor teknologi. Nasdaq naik 1,8%, sedangkan S&P 500 naik 0,9%. Namun, sikap konsumen tentang masa depan ekonomi amerika serikat merosot pada November, menurut indeks sentimen konsumen bulanan Universitas Michigan yang banyak diawasi. Indeks telah naik dengan tidak stabil dalam beberapa bulan terakhir setelah jatuh ke level terendah sepanjang masa di bulan Juni.
“Meskipun didukung oleh kenaikan saham baru-baru ini, sentimen investor [bisa] mendingin lagi dalam beberapa minggu mendatang,” tutur Erlam.