Selain ayam untuk konsumsi, keberadaan ayam hias nyatanya juga berhasil memikat para penghobi di Indonesia, khususnya ayam hias jenis ringneck pheasant. Ringneck pheasant atau ayam pegar biasanya dibeli sejak masih anakan untuk kemudian dipelihara hingga dewasa dan tumbuh corak bulu yang indah. Harga ayam ringneck tentunya terpaut lebih mahal dibandingkan ayam konsumsi.
Untuk anakan ayam ringneck pheasant merah umur 1 bulan saja harganya dibanderol Rp200 ribu per ekor. Sedangkan anakan ayam green ringneck (hijau) usia 1 bulan dijual seharga Rp225 ribu per ekor, dan ayam blue ringneck pheasant usia 2 bulan harganya Rp500 ribu per ekor. Luar biasa bukan? Harga anakan ayam ringneck yang dipatok tiap penjual kemungkinan bisa berbeda-beda.
Ringneck pheasant merupakan salah satu jenis ayam hias yang mempunyai bulu ekor yang panjang dan unik. Ayam satu ini kabarnya bukan berasal dari Indonesia, melainkan dari negara China. Beberapa orang menyebutnya dengan istilah ayam hutan Tibet atau ayam pegar kalung. Ayam unik ini dinamai demikian karena ada bulu berwarna putih yang melingkar menyerupai kalung di bagian lehernya.
Menariknya lagi, ayam ini dikabarkan dapat mendeteksi gempa. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Khoerul Fadhli, peternak ringneck pheasant di Desa Tangkisan Pos, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. “Untuk ayam Ringneck Pheasant dikatakan bisa mendeteksi gempa karena setiap akan terjadi gempa sekitar 2 sampai 5 menit mereka gelisah, terbang ke sana-sini. Biasanya itu menjadi tanda kalau akan ada gempa,” tutur Khoerul, seperti dilansir dari Tribunnews.
Ia menuturkan, ciri-ciri itu biasa dijadikan tanda jika akan terjadi gempa. “Ciri-ciri itu yang membuatnya dikategorikan sebagai salah satu hewan pendeteksi gempa, karena dia sensitif terhadap getaran,” beber Khoerul.
Lebih lanjut Khoerul menambahkan, ayam ringneck mempunyai usia emas sebagai pendeteksi gempa. “Untuk usia anakan dari 6 hingga 7 bulan, sedangkan dewasa berkisar 8 hingga 1 tahun, di atas 1 tahun sudah bisa menjadi indukan. Untuk yang bisa mendeteksi gempa itu yang paling sensitif saat dia sudah dewasa, saat dewasa suaranya sudah terbentuk,” ungkapnya.